Kabar24.com, JAKARTA - Dalam rangka Hari Perempuan Internasional, Institut Prancis di Indonesia (IFI)-Kedubes Prancis di Indonesia dan UN Women menggelar seminar dan diskusi.
Diskusi tersebut akan melibatkan Duta Besar Prancis untuk Hak Asasi Manusia (HAM) François Croquette, Deputi Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Perlindungan, Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPPA) Vennetia Danes, Direktur UN Women Indonesia Sabine Machl, serta para pakar kajian feminisme Claire Joubert (Université Paris 8), Wening Udasmoro (Universitas Gadjah Mada) dan Ani W. Soetjipto (Universitas Indonesia) pada 8 Maret di Auditorium IFI Thamrin.
Atase Kerjasama bidang Pendidikan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia dan Timor Leste Emilienne Baneth mengatakan, seminar dan diskusi digelar untuk memberikan pijakan konseptual dan perspektif historis tentang perjuangan perempuan bagi kesetaraan gender. "Para pakar feminisme akan berbagi pemahaman tentang dinamika dan kompleksitas yang mempercepat atau justru memperlambat dan membalikkan kemajuan hak-hak perempuan.” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Bisnis.com, Senin (05/03).
Ia menambahkan, melalui diskusi dan refleksi, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran tentang tantangan dalam mencapai kesetaraan gender sekaligus memikir ulang konsep-konsep yang diusung gerakan feminis baik di Eropa maupun di Indonesia yang telah berlaku lama.
Hari Perempuan Internasional 8 Maret pertama kali dirayakan pada tahun 1911 menyusul arus demonstrasi Suffragettes yaitu kelompok aktivis militan di Inggris yang menuntut kesetaraan hak pilih bagi perempuan. Mengangkat tema #PressForProgress, perayaan Hari Perempuan Internasional 2018 diharapkan menjadi seruan untuk memotivasi masyarakat agar semakin mengedepankan inklusivitas gender dalam cara berpikir dan bertindak.
Rangkaian diskusi turut dimeriahkan dengan penampilan kelompok musik Sisters in Danger, peraih Most Popular Award dalam ajang lomba internasional UNiTE Song Contest 2017 yang diadakan UN Women Asia Pasifik dan Kedutaan Kanada di Thailand untuk menyebarluaskan pesan antikekerasan terhadap perempuan dan anak melalui lagu dan videoklip.
Hari Perempuan Internasional pertama kali dirayakan pada tanggal 28 Februari 1909 di New York dan diselenggarakan oleh Partai Sosialis Amerika Serikat.[2] Demonstrasi pada tanggal 8 Maret 1917 yang dilakukan oleh para perempuan di Petrograd memicu terjadinya Revolusi Rusia.
Hari Perempuan Internasional secara resmi dijadikan sebagai hari libur nasional di Soviet Rusia pada tahun 1917, dan dirayakan secara luas di negara sosialis maupun komunis.
Pada tahun 1977, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memperjuangkan hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia