Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Patok Target Pertumbuhan Moderat, Ini Alasannya

China melangkah untuk menekan risiko finansialnya dengan memangkas defisit anggaran untuk pertama kalinya sejak 2012.
Perdana Menteri China Li Keqiang
Perdana Menteri China Li Keqiang

JAKARTA—China melangkah untuk menekan risiko finansialnya dengan memangkas defisit anggaran untuk pertama kalinya sejak 2012. 

Selain itu, Negeri Panda juga menargetkan pertumbuhan sebesar 6,5%,, memupuskan harapan tahun lalu tentang percepatan perbaikan ekonomi.

Perdana Menteri China Li Keqiang menyampaikan bahwa China akan mendorong pertumbuhan ekonomi ke level 6,5% tahun ini, target yang sama seperti tahun lalu.

Hal itu dilakukan seraya tetap menjalankan kampanye untuk menurunkan risiko dalam sistem keuangan.

Padahal seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Negeri Panda telah mencapai level 6,9% tahun lalu melewati perkiraan, dan menjadi yang tercepat sejak 2010.

Akan tetapi, target 6,5% tersebut menunjukkan konsistentensi janji Presiden Xi Jinping untuk membawa masyarakatnya menjadi makmur secara moderat pada 2020.

"Kami akan meningkatkan mekanisme transmisi kebijakan moneter, memperbaiki rasio perbedaan cadangan dan kebijakan kredit, serta meyakinkan lebih banyak dana untuk mengalir ke usaha mikro, agrikultur, area pedesaan, area penduduk, area miskin, dan lebih baik dalam melayani ekonomi," kata Li di dalam laporan kerja tahunannya, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (5/3/2018).

Li juga mengatakan bahwa China telah memotong defisit anggaran untuk pertama kali sejak 2012. Hal itu menandakan bahwa Beijing akan lebih memperhatikan pengeluaran fiskal dan tidak akan menekan perekonomian terlalu kuat karena berisiko perlambatan yang lebih tajam.

Target defisit anggaran, yang disampaikan oleh Li di hadapan Kongres Rakyat China, akan turunkan menjadi 2,6% dari produk domestik bruto (PDB), lebih rendah dari sebelumnya 3% dalam dua tahun.

Callum Henderson, Managing Director untuk Asia-Pasifik di Eurasia Group yang ada di Singapura, mengatakan bahwa target tahun ini memperlihatkan pertumbuhan yang melambat dan adanya hambatan fiskal.

“Masuk akal bagi China dalam konteks fokus barunya untuk mencegah risiko keuangan, pengurangan kemiskinan, dan pembersihan lingkunan. Akan tetapi, merupakan berita yang kurang bagus untuk margin yang memiliki eksposur ekspor besar untuk China,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper