Kabar24.com, JAKARTA—Rencana Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel tidak saja mendapat penolakan dari Indonesia dan sejumlah negara lainnya, namun juga oleh hampir seluruh negara Timur Tengah.
Raja Arab Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi mengatakan kepada Presiden Trump bahwa pemindahan kedutaan atau pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan menjadi provokasi terang-terangan terhadap umat Islam di seluruh dunia sebagimana dikutip kantor berita Saudi Press Agency, Rabu (6/12).
Gedung Putih mengatakan bahwa sang presiden telah membicarakan rencana keputusan mengenai Yerusalem dengan semua pemimpin negara di Timur Tengah, termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa lalu.
Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas memperingatkan konsekuensi berbahaya keputusan itu terhadap proses perdamaian antara Israel dan Palestina dan terhadap kedamaian, keamanan, dan stabilitas kawasan serta dunia. Sedangkan Raja Abdullah dari Yordania mengatakan keputusan itu akan mengacaukan upaya mengembalikan proses perdamaian selain memprovokasi umat Islam.
Yordania bertindak sebagai pelindung situs suci agama Islam di Yerusalem.
Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi meminta Presiden Trump agar tidak memperumit situasi di kawasan. Sementara itu, para pegawai pemerintah AS dan keluarga mereka dilarang melakukan perjalanan pribadi di Kota Tua Yerusalem dan Tepi Barat karena alasan keamanan, menjelang kemungkinan terjadinya unjuk rasa.
Baca Juga
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahkan telah mengancam akan memutuskan hubungan dengan Israel jika AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negara itu.
Sebelumnya, Ismail Haniya, pimpinan kelompok Islamis Hamas yang menguasai Gaza mengatakan kepindahan Kedubes AS dan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan melanggar "semua batas"
Perancis, Uni Eropa, dan Liga Arab juga telah menyampaikan kekhawatiran.
Akan tetapi, Menteri Intelijen Israel, Israel Katz mengatakan kepada radio militer Army Radio atau Galei Tzahal bahwa ia mengharapkan Presiden Trump akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negaranya. Dia juga menambahkan bahwa Israel "bersiap untuk segala kemungkinan", termasuk pecahnya kekerasan.