Bisnis.com, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin menempatkan Korea Utara kembali dalam daftar negara pendukung terorisme, yang memungkinkan negaranya memberlakukan tambahan hukuman dan mengancam menimbulkan ketegangan atas program senjata nuklir dan peluru kendali Pyongyang.
Presiden asal Partai Republik itu, yang saling menghina pribadi dengan pemimpin Korut Kim Jong-un namun belum mengesampingkan perundingan, mengatakan Departemen Keuangan akan mengumumkan hukuman tambahan terhadap Korut pada Selasa (21/11/2017).
Penunjukan tersebut muncul seminggu setelah Trump kembali dari perjalanan 12 hari ke lima negara Asia, tempat ia membuat nafsu nuklir Korut sebagai inti perundingannya. "Selain mengancam dunia dengan kerusakan nuklir, Korut berulang kali mendukung tindakan terorisme internasional, termasuk pembunuhan di luar negeri," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
"Penunjukan ini akan menjatuhkan sanksi dan hukuman lebih jauh kepada Korut dan orang-orang terkait serta mendukung kampanye tekanan maksimum kami untuk mengisolasi rezim pembunuh tersebut," katanya. "Ini seharusnya sudah sejak lama terjadi," demikian Trump.
Korut berulang kali mendukung tindakan terorisme internasional...
Korut mengejar program senjata nuklir dan misil yang menentang sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tidak merahasiakan rencananya untuk mengembangkan misil berujung nuklir, yang mampu mencapai daratan utama AS. Negara tersebut telah menembakkan dua misil di Jepang dan pada 3 September menembakkan uji coba nuklir keenam dan terbesar.
Badan mata-mata Korea Selatan mengatakan pada Senin bahwa Korut dapat melakukan uji coba misil tambahan tahun ini untuk memperbaiki teknologi misil jarak jauh dan meningkatkan ancaman terhadap AS.
Baca Juga
Para ahli mengatakan bahwa penunjukan tersebut sebagian besar bersifat simbolis, karena Korut sudah mendapat sanksi berat oleh AS.
AS telah menunjuk hanya tiga negara lain -Iran, Sudan dan Suriah- sebagai negara pendukung terorisme.
Beberapa ahli menganggap Korut tidak memenuhi kriteria untuk penetapan tersebut, yang memerlukan bukti bahwa sebuah negara telah "berulang kali memberikan dukungan untuk tindakan terorisme internasional".
Dalam sambutannya, Trump mengingat Otto Warmbier, mahasiswa dari Ohio, yang meninggal pada Juni sesaat setelah kembali dari Korut, tempat ia ditahan lebih dari satu tahun. Kematiannya menyebabkan kemarahan di AS dan selanjutnya membuat ketegangan dengan Pyongyang.