Bisnis.com, TANGERANG - Seorang muslim yang baik akan menjadi warga negara yang baik pula dan membela Tanah Air menjadi bagian dari upaya penegakan agama.
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, mengatakan Tanah Air adalah tempat warga bangsa menjalankan ajaran agama, sehingga hubungan antara identitas keagamaan dan identitas kewarganegaraan tidak sepatutnya dipertentangkan.
“Karena itu membela Tanah Air dan menjaga keutuhannya merupakan kewajiban agama. Seorang Muslim yang baik pasti menjadi warga negara yang baik," katanya, Selasa (21/11/2017).
Dia menyampaikan hal itu ketika menjadi keynote speaker pada Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2017 di Indonesia Convention Exhibition (ICE)-BSD City, Serpong, Tangerang.
Pembicara dalam AICIS 2017 antara lain Syed Farid Alatas (National University of Singapore), Ronald A Lukens Bull (University of North Florida), Imtiyaz Yusuf (Mahidol University Thailand), Lisolette Abid (Vienna University, Austria), dan Livia Holden (Oxford University UK)
Lukman menjelaskan kontestasi politik, terutama dalam pemilihan umum, sering memunculkan masalah politik identitas primordial yang masih memainkan peran penting dalam politik.
Sebagian masyarakat menilai identitas primordial seperti suku, agama, dan ras, masih memainkan peranan penting dalam politik. Dampaknya, masyarakat terpecah dan kadang sampai muncul konflik sosial yang tidak perlu.
"Untuk itu perlu didiskusikan hubungan antara identitas keagamaan dengan identitas kewarganegaraan dalam konteks negara-bangsa," ujarnya.
Menurut Menag, Islam dalam sejarahnya memiliki pengalaman panjang mengelola hubungan antara identitas keagamaan dan identitas kewarganegaraan.
Kisah sukses itu, lanjutnya, bermula dari Piagam Madinah yang mengakui hak-hak kewarganegaraan bagi seluruh komponen masyarakat Madinah, terlepas dari perbedaan agama, suku dan ras.