Kabar24.com, DENPASAR -- Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali mengungkapkan transformasi bisnis digital telah dilakukan sejak lama oleh pelaku pariwisata di Pulau Dewata.
Ketua Asita Bali Ketut Ardana mengatakan, banyak biro perjalanan di Bali yang sebelumnya menggunakan cara-cara manual telah menggunakan website maupun aplikasi untuk melakukan promosi bisnis. Namun, mereka juga tidak meninggalkan cara manual dengan berpromosi langsung ke negara bersangkutan.
Menurutnya, seluruh biro perjalanan wisata di Bali telah memiliki website. Pada website itu mereka mempromosikan paket perjalanan wisata berupa readymade package berikut dengan harganya. Sementara, untuk penggunaan aplikasi belum banyak biro perjalanan wisata yang membuat.
“Kami sudah cukup lama seperti itu, dari beberapa tahun lalu sejak model bisnis ini masuk, sudah mayoritas masuk ke situ, sudah punya website dan aplikasi ,” katanya, Selasa (14/11/2017).
Kata dia, imbauan Menteri Pariwisata Arief Yahya yang meminta biro perjalan wisata untuk bertransformasi ke bisnis digital sudah tepat sebab memang 70% masyarakat cenderung berbagi dan mencari sesuatu lewat digital.
Walaupun demikian, menurutnya, promosi konvensional atau manual tetap harus dilakukan lantaran tidak semua wisatawan menggunakan cara digital, terutama yang dilakukan oleh wisatawan yang datang berkelompok. Wisatawan tersebut akan kesulitan mendapatkan harga yang sesuai. Menurutnya, cara digital lebih cenderung dilakukan oleh single traveller.
Baca Juga
Wisatawan yang datang berkelompok lebih memilih taylormade package sebab harga dan destinasi wisata yang masih bisa diatur. Lantaran cara ini, memesan paket wisata via online akan sulit sehingga cara offline masih dilakukan.
“Bisnis offline tidak mungkin 100% hilang karena sebagian besar wisman masih membutuhkan cara-cara manual karena ada sentuhan atau human touch apalagi yang bergroup,” sebutnya.
Sementara, Kepala Dinas Pariwisata Bali Anak Agung Gede Yuniartha Putra mengaku pihaknya terus mendorong pelaku pariwisata untuk melakukan digitalisasi bisnis. Kata dia, sebanyak 450 biro perjalanan wisata yang tergabung di Asita Bali perlahan mulai melirik model bisnis ini.
“Ini eranya sekarang sudah itu (digital) ya mereka harus melakukan itu, karena nantinya orang yang tidak menggunakan itu akan kesulitan melawan orang yang menggunakan sistem online, harapan saya gunakanlah fasilitas ini sebagai media bisnis mereka,” katanya.
Dia mengaku, pihaknya sering melakukan pertemuan dengan Asita Bali untuk bertransformasi ke cara-cara digital agar bisa menggaet semua pasar yang ada. Hal ini diharapkan akan meningkatkan jumlah kunjungan ke Bali.
“Sekarang kan semuanya serba cepat, pesan travel agen klik buka tinggal pesan, semua sudah seperti itu, kalau masih manual ya gak dapat bagian ,” katanya.