Kabar24.com, JAKARTA - Sejumlah spekulasi beredar sekaitan pembentukan komite antikorupsi baru Arab Saudi dan penangkapan sejumlah pangeran.
Seperti diberitakan Alwaleed dan Pangeran Mutaib (sebelumnya ditulis Pangeran Miteb) termasuk dalam daftar orang yang ditahan pihak komite antikorupsi yang dipimpin Putra Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman.
Seperti disebutkan nytimes.com, dimonitor Minggu (5/11/2017), telah beredar desas-desus bahwa Raja Salman dan anak kesayangannya, Pangeran Mohammad, akan segera bergerak melawan Pangeran Mutaib, komandan angkatan bersenjata yang tak lain mantan pesaing pemegang mahkota kerajaan.
Desas desus itu beredar sebelum terjadi penangkapan.
Lantas apa kesalahan Alwaleed?
New York Times menyebutkan bahwa Alwaleed adalah orang luar di dalam keluarga kerajaan. Ia bukan pembangkang, tapi tokoh yang luar biasa vokal dalam berbagai isu.
Alwaleed secara terbuka mendukung wanita yang mengemudi, jauh sebelum kerajaan tersebut mengatakan bahwa mereka akan memberi perempuan Saudi hak untuk melakukannya. Alwaleed juga telah lama mempekerjakan wanita di jejaring perusahaannya.
Pada 2015 Alwaleed berjanji untuk menyumbangkan kekayaannya sebesar US$32 miliar untuk amal setelah kematiannya. Setelah penangkapan Alwaleed pada Sabtu (4/11/2017), tidak jelas apakah komite korupsi Arab Saudi akan berusaha menyita asetnya.
Arab Saudi adalah monarki eksekutif tanpa sebuah konstitusi tertulis atau lembaga pemerintah independen seperti Parlemen atau pengadilan, sehingga tuduhan korupsi sulit untuk dievaluasi.
Batas antara dana publik dan kekayaan keluarga kerajaan sangat kabur, dan korupsi, seperti yang digambarkan oleh negara lain, diyakini tersebar luas.
Penangkapan tersebut terjadi beberapa jam setelah raja menggantikan menteri yang bertanggung jawab atas penjaga nasional Saudi, Pangeran Mutaib bin Abdullah, yang menguasai angkatan bersenjata Saudi yang dianggap belum bisa dikendalikan Putra Mahkota Kerajaan.
Raja menunujuk Putra Mahkota Mohammad sebagai menteri pertahanan pada tahun 2015.
Awal tahun ini, raja memecat Pangeran Mohammed bin Nayef dari jabatan kepala kementerian dalam negeri, menempatkannya di bawah tahanan rumah.
Raja juga memperluas pengaruh Putra Mahkota atas pasukan kementerian dalam negeri, yang merupakan angkatan bersenjata kedua di negeri itu.