Kabar24.com, JAKARTA — Presiden Donald Trump mungkin akan senang jika mendengar bahwa salah satu ungkapan favoritnya ‘fake news’ dinobatkan menjadi ‘word of the year’ oleh perusahaan penerbit Collins.
Dalam pengumumannya, perusahaan penerbit ternama berbasis di Inggris tersebut menyatakan bahwa istilah ‘fake news’ (dalam bahasa Indonesia berarti ‘berita palsu’) mengalami tingkat kenaikan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ungkapan tersebut mengalami peningkatan penggunaan sebesar 365% sejak 2016, tahun yang sama ketika Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Menurut Collins, ucapan ‘fake news’ yang bermakna ‘palsu, seringkali sensasional, informasi disebarluaskan dengan kedok pelaporan berita’, telah mencapai hasil penilaian tahunan tertinggi terhadap kata-kata yang paling banyak digunakan dalam bahasa Inggris. Frase itu direncanakan akan disertakan dalam kamus bahasa Inggris pada tahun depan.
Istilah ini telah identik dengan Trump yang menggunakannya berkali-kali untuk mengkritik media, terutama dalam akun Twitternya, dan atas apa yang dia anggap sebagai pemberitaan tidak akurat.
Helen Newstead, yang mengepalai konten bahasa di Collins, mengatakan sebagian besar daftar kata-kata tahun ini bermuatan politis.
“Ungkapan ‘fake news’, baik sebagai pernyataan fakta ataupun sebagai tudingan, tidak dapat diabaikan tahun ini,” katanya, seperti dikutip dari laman CNBC, Jumat (3/11/2017).
Dijelaskan oleh Newstead, ungkapan ini berkontribusi pada berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemberitaan berita.
Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Trump tersirat mengklaim bahwa dia yang menciptakan frase tersebut. “Saya kira orang lain telah menggunakannya (istilah 'palsu' dalam kaitannya dengan 'media') mungkin selama bertahun-tahun, tapi saya tidak pernah menyadarinya,” ujar Trump.
Namun Collins, yang merupakan bagian dari bisnis besar penerbitan HarperCollins dan telah menerbitkan kamus sejak tahun 1819, mengatakan bahwa asosiasi ‘palsu’ dengan ‘berita’ telah dimulai di bidang komedi, seperti dalam pertunjukan ‘The Daily Show’ dan ‘The Day Today’.
Kemudian, sekitar tahun 2005, istilah itu mulai diterapkan pada berita-berita palsu yang beredar dengan maksud buruk alih-alih sindiran.
Selama tahun 2016, juru kampanye kepresidenan AS mencatat sejumlah besar situs yang menyiarkan cerita palsu tentang para kandidat dengan kedok berita.
Pada Januari 2017, Donald Trump menampik laporan kantor berita CNN tentang dugaan hubungannya dengan Rusia sebagai 'berita palsu'. Trump menyatakan bahwa cerita yang berpotensi merusak itu adalah 'berita palsu'. Perkembangan mengenai cerita semacam itu pun menjadi bagian utama dari agenda pemberitaan sepanjang tahun 2017.