Kabar24.com, YOGYAKARTA – Inflasi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Oktober 2017 sebesar 0,16% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Inflasi tersebut lebih tinggi dari inflasi pada September 2017 sebesar 0,13% dari bulan sebelumnya (month-on-month/ m-o-m).
Berdasarkan siaran pers dari Bank Indonesia, Rabu (1/11/2017), laju inflasi tahunan DIY pada Oktober 2017 mencapai 3,75% (year-on-year/ y-o-y), sementara laju inflasi tahun kalender tercatat sebesar 3,06% (year-to-date/ y-t-d).
Badan Pusat Statistik DIY mengatakan terkendalinya inflasi pada Oktober 2017 terutama dipengaruhi oleh rendahnya tekanan inflasi administered prices.
Andil kelompok administered prices tercatat sebesar -0,04% m-o-m dengan deflasi sebesar 0,18% pada Oktober 2017 m-o-m, turun cukup dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi 0,35% m-o-m.
Rendahnya tekanan inflasi administered prices terutama didorong oleh penurunan inflasi angkutan udara, seiring dengan berakhirnya peak season liburan. Namun, naiknya harga rokok kretek filter menahan laju deflasi yang lebih dalam.
Baca Juga
Pada Oktober 2017 kelompok inti tercatat mengalami inflasi sebesar 0,27% m-o-m, turun dibandingkan 0,39% m-o-m pada bulan sebelumnya.
Terjaganya inflasi inti dipengaruhi oleh penurunan harga gula pasir, emas perhiasan, dan sejumlah komoditas elektronik rumah tangga seperti TV dan kulkas.
Koreksi harga gula pasir dipengaruhi oleh implementasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/2017. Harga acuan gula tani (HPP) dipatok Rp9.100 per kg dan Harga Eceran Tertinggi (HET) gula di tingkat konsumen Rp12.500 per kg.
Penurunan harga elektronik rumah tangga seiring dengan mulai maraknya diskon akhir tahun untuk menghabiskan sisa stok.
Sementara itu, kelompok volatile food mencatatkan inflasi sebesar 0,16% m-o-m, meningkat cukup tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 1,32% m-o-m. Tingginya tekanan inflasi volatile food dipengaruhi oleh tingginya harga beras dan cabai merah.
Peningkatan harga beras dipicu oleh penurunan hasil panen sebagai dampak cuaca kemarau panjang. Kondisi tersebut mendorong tingginya harga beras di DIY.
Harga gabah kering giling saat ini di Bantul dan Kulonprogo sebesar Rp5.700 per kilogram hingga Rp6.000 per kilogram. Kembali meningkatnya harga cabai merah dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan di tengah berakhirnya musim panen pada bulan sebelumnya.
Menghadapi tekanan inflasi yang cenderung meningkat pada akhir tahun, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY akan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil, antara lain melalui penguatan kerjasama kelembagaan pedagang guna memperpendek mata rantai perdagangan serta mengefektifkan Kios Segoro Amarto, Toko Tani Indonesia (TTI), dan Rumah Pangan Kita (RPK) untuk stabilisasi harga bahan pangan pokok.
Upaya lain yakni operasi pasar dan pasar murah menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru serta monitoring harga pasar bersinergi dengan Satgas Pangan. Melalui sinergi dan koordinasi antara Pemerintah Daerah DIY dan Bank Indonesia, inflasi DIY diharapkan tetap terjaga dalam rentang target inflasi sebesar 4% +/- 1% y-o-y.