Kabar24.com, MANGUPURA - Jumlah properti di Bali yang mengadopsi sistem green building diduga masih sangat rendah, meskipun pengembang dan pemilik gedung yang ingin mengadopsi sistem ini diperkirakan sangat banyak.
Sekretaris Green Building Council Indonesia (BGCI) Bali Made Gede Suryanatha menuturkan perihal harga apabila mengadopsi sistem konstruksi hijau menjadi alasan pihak yang awalnya berminat mengurungkan niatnya.
“Kesadaran sudah mulai tumbuh tapi perlu edukasi lagi. Ketertarikan ada yah terutama kalau bicara hemat, tapi begitu membicarakan dana biasanya mundur teratur,” tuturnya di Mangupura, ibu kota Kabupaten Badung, Provinsi Bali, pada Jumat (27/10/2017).
Dia mengungkapkan BGCI belum memiliki data jumlah properti di Bali yang sudah mengadopsi bangunan berkonsep hijau lantaran arsitek yang menerapkan tema bangunan green building lebih banyak berasal dari luar Bali.
Gede Suryanatha mengakui biaya untuk membuat bangunan ramah lingkungan memang lebih besar, tetapi ada nilai untuk ke depannya.
Harapannya arsitek dan dunia konstruksi mengedukasi klien dan memberi pertimbangan untuk tergerak sehingga building green menjadi gaya hidup dan kesadaran.
Konsep green building sendiri harus mengandung prinsip yakni materialnya ramah lingkungan, hemat energi, konservasi air, lingkungan ramah, serta rancangan yang baik.