Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Generasi Muda Sekarang Terbuka Soal Globalisasi

Generasi muda saat ini terbukti jauh lebih bisa berpikiran terbuka seiring dengan era globalisasi. Hal ini dibuktikan dalam adu debat yang digelar dalam Lomba Tingkat Lima Kwarnas Gerakan Pramuka.
Ilustrasi./Bisnis
Ilustrasi./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA -- Generasi muda saat ini terbukti jauh lebih bisa berpikiran terbuka seiring dengan era globalisasi. Hal ini dibuktikan dalam adu debat yang digelar dalam Lomba Tingkat Lima Kwarnas Gerakan Pramuka.

Lomba debat kenegaraan yang berlokasi di Bumi Perkemahan Cibubur ini diikuti oleh sekitar 60 siswa SMP kelas 9 yang terdiri dari 34 provinsi di Indonesia. Tema yang diusung dalam lomba debat kali ini adalah nasionalisme, sebuah tema yang hangat diperbincangkan oleh berbagai kalangan akhir-akhir ini.

Panitia sekaligus moderator dari lomba debat kenegaraan kelompok putra, Irfan Mufid mengatakan kemampuan para peserta di luar ekspektasi.

Terdapat tiga poin yang mengemuka dalam debat tersebut. Pertama, pandangan mereka perihal sosial media. Kedua pandangan mereka terhadap gerakan negara asing yang masuk ke Indonesia. Ketiga, pandangan anak tentang nilai nasionalisme di tingkat keluarga.

"Saya juga kaget anak-anak seusia mereka memiliki pandangan sejauh itu. Buat mereka, globalisasi tidak melulu sesuatu yang negatif. Hebat sekali mereka punya konsep demikian," katanya, Kamis (26/10/2017).

Selain itu, generasi muda saat ini tidak terkungkung dengan anggapan bahwa globalisasi telah menyeret mereka ke dalam lingkaran egosentrisme.

Irfan mengatakan solusi yang diberikan para peserta telah membuka orang dewasa bahwa generasi muda, termasuk pendapat anak remaja tidak bisa diremehkan. "Mereka mampu mengungkapkan solusi, seperti kita harus meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan, kerukunan, dan menghargai perbedaan," katanya.

Anak-anak ini menyadari bahwa kemajuan teknologi, misalnya sosial media, memang banyak campur tangan dari negara lain. Seperti halnya Nanda Aurelia, peserta dari Riau yang mengemukakan bahwa Indonesia adalah bagian dari dunia.

Kemajuan teknologi seperti saat ini harus bisa diambil dari segi manfaatnya, sementara hal-hal negatif yang diakibatkan dari teknologi harus bisa ditinggalkan. "Dengan tidak memperbolehkan budaya dari negara lain masuk adalah cara yang salah. Bukan berarti menjunjung tinggi nasionalisme dengan menghilangkan diri dari dunia," pungkasnya.

Menjunjung tinggi bangsa sendiri tanpa mau menerima budaya dari negara lain dinilai menjadi hal yang percuma karena hanya akan membuat suatu bangsa tertinggal tanpa mengalami perkembangan.

Untuk itu, kemampuan untuk memfilter sampai sejauh mana konten teknologi yang baik dan yang tidak baik menjadi hal mendasar yang harus dimiliki generasi muda.

Penanaman jiwa pancasila bagi generasi muda tidak lagi sebatas menghafalkan teks atau gerakan seremonial semata, tetapi memaknainya dengan penuh kesadaran.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper