Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Michael Bloomberg: Trump & Brexit Adalah Hal Terbodoh Yang Pernah Dibuat Negara

Keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa (UE) dinilai sebagai keputusan terbodoh yang pernah dilakukan oleh sebuah negara dan hanya bisa disaingi hasil pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2016 yang dimenangkan oleh Donald Trump.
Michael Bloomberg/Forbes
Michael Bloomberg/Forbes

Kabar24.com, JAKARTA — Keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa (UE) dinilai sebagai keputusan ‘terbodoh’ yang pernah dilakukan oleh sebuah negara dan hanya bisa disaingi hasil pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2016 yang dimenangkan oleh Donald Trump.

“Saya memang mengatakan bahwa saya pikir itu (Brexit) adalah hal terbodoh yang pernah dilakukan negara, tapi kemudian kita memainkan kartunya,” ujar Michael Bloomberg dalam sebuah acara panel di Boston dua pekan lalu dan dilaporkan oleh harian The Guardian pada Selasa (24/10).

Tokoh ternama industri media tersebut sulit memahami mengapa sebuah negara ingin merusak performa baik yang telah dibangunnya.

“Mantan istri saya adalah seorang berkebangsaan Inggris, anak-anak perempuan saya memiliki paspor Inggris, jadi kami mencintai Inggris. Tapi apa yang mereka [Inggris] putuskan tidak baik dan tidak ada cara mudah untuk keluar darinya,” ungkapnya, seperti dikutip dari laman CNBC, Rabu (25/10/2017).

Bloomberg, yang berada di London pada hari Selasa (24/10) untuk meresmikan kantor baru di ibu kota Inggris itu dengan investasi senilai US$1,3 miliar. Dia mengatakan bahwa keputusan investasi semacam itu mungkin akan berbeda jika dia telah memperkirakan hasil pemungutan suara Brexit.

"Kami membuka kantor pusat Eropa baru di London, dua bangunan besar dan bernilai besar. Apakah saya akan telah melakukannya jika saya tahu mereka akan hengkang? Saya berpikir bahwa mungkin itu tidak perlu, tapi kami telah melakukannya dan kami akan sangat gembira,” katanya di Boston.

Menurut Bloomberg, banyak karyawannya yang berdomisili di AS dan Inggris telah memberi tahunya tentang rencana untuk meninggalkan kedua negara tersebut karena merasa keduanya telah menjadi lebih berpikiran tertutup terhadap imigrasi.

Bloomberg mempekerjakan 4.000 staf di Inggris dan 20.000 staf di seluruh dunia. Penetapan Inggris untuk sejumlah kantor pusat Bloomberg di Eropa telah lama direncanakan. Namun beberapa staf disebut tidak antusias dengan ditetapkannya London sebagai lokasi utama.

“Salah satu hal yang menyakitkan kami baik di Amerika Serikat dan Inggris adalah saat kami memiliki karyawan, tidak banyak tapi beberapa, yang mulai mengatakan: 'Saya tidak ingin bekerja di sini, dapatkah kita pindah ke tempat lain? Negara ini tidak menyukai imigran,” kata Bloomberg, seperti dikutip dari laman The Guardian.

Dalam acara peresmian di London, Bloomberg pun terkesan memberi pernyataan hati-hati. Di samping Sadiq Khan, walikota London, Bloomberg menegaskan bahwa perusahaannya sangat berkomitmen terhadap London.

“Apapun hubungan London dan Inggris dengan Uni Eropa di masa mendatang baik bahasa, zona waktu, sumber daya, infrastruktur, dan budayanya, semua posisi itu menempatkannya sebagai ibukota global untuk tahun-tahun mendatang. Kami sangat optimistis tentang masa depan London dan sangat bersemangat untuk menjadi bagian dari itu,” tegasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper