Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kandidat Kepala The Fed : Nama John Taylor Mengemuka. Bakal Gantikan Yellen?

Ekonom Universitas Stanford John Taylor muncul ke permukaan sebagai kandidat kuat untuk menjabat Kepala Bank Sentral AS atau Federal Reserve setelah mendapat respons yang baik dari Presiden AS Donald Trump.
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing

Bisnis.com, JAKARTA—Ekonom Universitas Stanford John Taylor muncul ke permukaan sebagai kandidat kuat untuk menjabat Kepala Bank Sentral AS atau Federal Reserve setelah mendapat respons yang baik dari Presiden AS Donald Trump.

Salah satu sumber Bloomberg yang enggan disebutkan namanya mengatakan, Taylor akan menjadi pesaing kuat Kepala The Fed saat ini yakni Janet Yellen. Pasalnya, Taylor dinilai membuat kesan yang baik pada Trump setelah wawancara selama satu jam di Gedung Putih, pekan lalu.

Trump telah mewawancarai beberapa kandidat selama tiga pekan terakhir. Sementara itu terkait wawancaranya dengan Yellen, Trump menargetkan akan melakukannya pada Kamis (19/10/2017).

Seperti diketahui, saat ini telah muncul lima orang kandidat kuat yang akan mengisi kursi pemimpin otoritas moneter AS tersebut.

Mereka adalah, mantan Anggota Dewan Gubernur The Fed Kevin Warsh, ekonom Universitas Stanford John Taylor, Anggota Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell, Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS Gary Cohn dan Janet Yellen.

“Dari lima nama itu, mungkin Anda akan segera mendapatkan jawabannya. Saya akan membuat keputusan dalam waktu yang singkat. Jujur saja, saya hampir menyukai dan menghormati semua calon tersebut,” kata Trump, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (18/10/2017).

Trump menjanjikan akan mengumumkan nama calon pilihannya untuk mengisi kursi Kepala Bank Sentral AS (The Fed) sebelum dia berkunjung ke Asia atau sebelum 3 November 2017.

Adapun, calon pilihan Trump itu akan diajukan ke Kongres dan Senat AS untuk disetujui. Calon piliihan Presiden AS ini akan menggantikan posisi yang saat ini dijabat Yellen. Masa kerja Yellen akan berakhir pada Februari 2018.

Taylor adalah salah satu calon yang cenderung mengadopsi pandangan hawkish. Dia menciptakan salah satu teori yang disebut Taylor Rule yang cenderung bertolak belakang dengan langkah yang diambil The Fed semasa kepemimpinan Yellen, terutama terkait kebijakan suku bunga rendah.

Dia juga memiliki pandangan bahwa peraturan yang longgar adalah kunci kebijakan pro-pertumbuhan. Dia berharap Trump mampu merealisasikan deregulasi peraturan, reformasi perpajakan, reformasi anggaran, dan reformasi moneter.

Kelebihan sebagai orang yang berpengalaman di sektor moneter dinilai akan menjadi nilai lebih bagi Taylor di mata Trump.

Tercatat, pria berusia 70 tahun itu telah bertugas di bawah empat periode kepemimpinan Presiden AS yakni sebagai Dewan Penasihat Ekonomi di bawah Gerald Ford, Jimmy Carter dan George H. W. Bush. Selain itu, Taylor Rule-nya juga telah banyak dikutip banyak bank sentral terkemuka termasuk The Fed.

Namun demikian sikap Taylor yang mendukung pengetatan moneter lebih cepat, ditakutkan akan bertentangan dengan ambisi Trump dalam memacu perekonomian. Tanpa dukungan dari kebijakan moneter yang longgar, target PDB 3% per tahun Trump akan sulit tercapai.

Spekulasi bahwa Taylor adalah pesaing utama bagi Yellen mendorong investor untuk menaikkan taruhan pada kenaikan suku bunga pada bulan Desember dan mendorong nilai tukar dolar AS naik terhadap sejumlah mata uang utama dunia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper