Kabar24.com, JAKARTA - KBRI Den Haag mencabut penghargaan atas mahasiswa calon doktor Dwi Hartanto yang tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Technische Universiteit Delft Belanda.
Adapun latar belakang pencabutan itu adalah karena Dwi Hartanto melebih-lebihkan informasi terkait pribadi, kompetensi dan prestasinya di Belanda.
Berikut ini penjelasan Dwi Hartanto terkait dengan program tajuk "Menjemput Impian" yang ditayangkan oleh Metro TV pada Agustus 2017, di Metro TV, yang terdapat wawancara B.J. Habibie oleh Don Bosco Selamun. Saat wawancara itu profil singkat Dwi Hartanto ditampilkan secara sekilas. Rekaman wawancara tersebut bisa diakses pada tautan berikut: https://voutu.be/bxM4kTzqWrI.
Berikut ini klarifikasi Dwi Hartanto:
1.Usia saya saat ini bukan 28 tahun, karena berdasarkan dokumen resmi saya tercatat lahir pada 13 Maret 1982.
2. Tidak benar bahwa Sl saya dari Tokyo Institute of Technology, Jepang. Sl saya adalah dari Institut Sains dan Teknologi Akademi Perindustrian (IST AKPRIND) Yogyakarta (seperti dijabarkan di Bab II).
Baca Juga
3. Adalah benar bahwa S2 saya dari TU Delft. Tesis S2 saya adalah tentang sistem komputer untuk interface interaktif data telemetri satelit, bukan tentang Spacecraft Research and Development seperti teknologi roket, satelit, maupun pesawat tempur (detail pada Bab II).
4. Tidak benar bahwa saya merancang dan meluncurkan roket the Apogee Ranger versi 7s (TARAV7s). Dan tidak benar juga bahwa pernah ada roket dengan nama tersebut (sepeiti dijabarkan di Bab III).
Klarifikasi pertemuan dengan Habibie:
Terkait dengan informasi mengenai pertemuan saya dengan bapak B.J. Habibie, yang bisa diakses di: http://batampos.co.id/2016/12/22/dwi-hartanto-doktor-aerospace-engineering-vang-diraYU-jadi-wnbelanda/?
Klarifikasi saya adalah:
1. Tidak benar bahwa Bapak B.J. Habibie yang meminta untuk bertemu. Sebelumnya saya telah meminta pihak KBRI Den Haag untuk dipertemukan dengan Bapak B.J. Habibie.
2.Tidak benar bahwa Belanda menawarkan saya untuk mengganti paspor atau kewarganegaraan.
3. Tidak benar bahwa riset saya menggarap bidang national security Kementerian Pertahanan Belanda, ESA (European Space Agency), NASA, JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency), serta Airbus Defence (seperti dijabarkan di Bab III).
4. Tidak benar bahwa saya terlibat dalam penyempurnaan teknologi pesawat tempur Eurofighter Typhoon generasi anyar milik Airbus Defence.
4. Tidak benar bahwa saya telah mengantongi tiga paten di bidang spacecraft technology.
5. Tidak benar bahwa kuliah program Master (S2) saya dibiayai oleh pemerintah Belanda. Kuliah S2 saya di TU Delft dibiayai oleh beasiswa yang dikeluarkan oleh Depkominfo Republik Indonesia.