Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi Qatar mencatatkan pelambatan pada kuartal II/2017dan mencapai level terendahnya sejak krisis keuangan global 2008/2009.
Namun demikian, dampak sanksi dari Arab Saudi dan negara Teluk Arab lain justru relatif terbatas dan bukan menjadi penekan utama pelambatan ekonomi di negara tersebut.
Pemerintah Qatar menyebutkan, pertumbuhan ekonomi sepanjang April-Juni 2017 yang disesuaikan dengan inflasi hanya tumbuh 0,6% secara year on year (yoy). Capaian itu menjadi yang paling rendah sejak krisis 2008/2009. Semetara itu produk domestik bruto negara tersebut hanya tumbuh 0,5% secara kuartalan.
“Sanksi oleh negara Teluk Arab hanya menimbulkan kerugian yang relatif kecil dan ringan,” tulis laporan tersebut, seperti dikutip dari Reuters, Senin (2/10/2017).
Pernyataan itu dibuktikan oleh Doha melalui data ekonomi mereka yang menyebutkan bahwa pendapatan dari sektor pertambangan dan penggalian merosot 2,7% dari tahun lalu. Kebijakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang melakukan pemangkasan produksi guna mendukung pemulihan harga minyak global dianggap kurang bertaji.
Sementara itu, pertumbuhan dari sektor non-migas tercatat mengalami pelambatan, namun tak separah sektor migas. Sektor non-migas terekam tumbuh 3,9% pada kuartal II/2017 atau melambat dari Januari-Maret 2017 yang tumbuh 4,9%.