Bisnis.com, JAKARTA — Sepuluh tahun sejak terjadinya krisis finansial global, prospek pemulihan ekonomi yang berkelanjutan masih dibayangi oleh sejumlah risiko.
Berdasarkan laporan Forum Daya Saing Global 2017-2018 terbaru menyebutkan ada tiga hal yang masih menjadi kekhawatiran.
Pertama, sektor keuangan dinilai masih rapuh. Indikator Global Competitiveness Index (GCI) terhadap kesehatan bank dinilai belum pulih ke tingkat sebelum krisis. Sumber kerentanan baru muncul seperti meningkatnya utang swasta di negara berkembang dan pertumbuhan pasar modal yang tidak diatur.
Menjaga kesehatan sektor finansial tak hanya penting untuk mencegah resesi tetapi juga mempertahankan inovasi.
Kedua, sejumlah negara dapat lebih inovatif tetapi mereka harus menyebarkan lebih banyak keuntungan. Sejumlah negara berkembang seperti China, India, dan Indonesia menjadi pusat inovasi, dan menyesuaikan dengan ekonomi maju.
Negara-negara itu akan mendapat keuntungan dari kemajuan yang terakselerasi dalam meningkatkan kesiapan sumber daya manusia dan mengadopsi teknologi baru. Ketiga, baik fleksibilitas pasar tenaga kerja dan perlindunga n pekerja dibutuhkan untuk memastikan kesejahteraan bersama.
“Daya saing global akan semakin ditentukan oleh kapasitas inovasi suatu negara. Bakat akan menjadi semakin penting dibandingkan dengan modal, dan oleh karena itu, dunia bergerak dari era kapitalisme menjadi era talentisme,” ujar said Klaus Schwab, Founder and Executive Chairman, World Economic Forum, dalam keterangan tertulis, Rabu (27/9).
Dia juga mengatakan negara-negara saat ini bersiap menghadapi revolusi industri keempat sekaligus memperkuat sistem politik, ekonomi, dan sosialnya untuk menjadi pemenang di masa depan.
Adapun, untuk tahun kesembilan berturut-turut, laporan GCI melaporkan Swiss menjadi ekonomi paling kompetitif di dunia, sedikit di depan Amerika Serikat dan Singapura. Adapun ekonomi negara di kelompok G20 lainnya yang masuk 10 besar adalah Jerman yang berada di peringkat 5, Inggris di peringkat 8, dan Jepang di peringkat 9.
Sementara itu, China menempati urutan tertinggi di antara kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Negeri Panda itu terpantau naik satu peringkat menjadi 27. Adapun Indonesia terpantau melonjak lima peringkat dari posisi 41 menjadi 36.