Kabar24.com, MATARAM -- Bank Indonesia merekomendasikan untuk mengolah hasil produksi bahan-bahan penyumbang inflasi menjadi produk olahan untuk menjaga kestabilan harga dan juga meningkatkan nilai tambah produk.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB Prijono mencontohkan komoditas cabai yang kerap kali menjadi faktor penyumbang baik inflasi dan deflasi perlu mendapat perhatian misalnya dengan membuat produk olahan turunan.
"Disesuaikan dengan kondisinya, misalnya saat hasil panen melimpah kita bisa buat produk turunanya misalnya sambal. Itu kan bisa menjaga harga cabai sekaligus menambah nilai jual produk," ujar Prijono di Mataram, Selasa (26/9/2017).
Berdasarkan data yang diperoleh dari aplikasi mobile resmi milik Bank Indonesia terkait informasi resmi harga pangan, di Pasar Mandalika, harga cabai merah besar per tanggal 26 September 2017 berada di angka Rp10.000 per kilogram dan cabai rawit merah di angka Rp9.000 per kilogram.
"Menjaga inflasi itu bukan berarti memurahkan semua harga, tetapi menjaga agar harga berada pada koridor yang sesuai," ujar Prijono.
Prijono juga menekankan pentingnya meningkatkan efisiensi tata niaga melalui penguatan infrastruktur dan peningkatan nilai tambah komoditas pangan.
Baca Juga
Nusa Tenggara Barat beharap bisa meningkatkan komoditas pertanian sebagai penunjang pangan daerah sehingga bisa mendukung kedaulatan pangan nasional.
Sebelumnya, Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin mengatakan pertumbuhan produksi komoditas padi dan jagung sebagai komoditas pertanian utama NTB dalam dua tahun terakhir berada pada angka yang menggembirakan.
Amin menegaskan, sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan di Provinsi NTB. Sektor ini adalah sektor utama penggerak perekonomian daerah bersama dengan sektor pariwisata.