Bisnis.com, JAKARTA - Penyelidik kasus dugaan campur tangan Rusia dalam Pemilu Amerika Serikat tengah mengumpulkan data selama kepemimpinan Presdien Donald Trump di Gedung Putih.
Dokumen terkait pemecatan direktur FBI oleh Donald Trump dan pertemuan putra Trump dengan seorang pengacara asal Rusia, menjadi target pengumpulan data tersebut sebagimana dilaporkan BBC.com, Kamis (21/9).
Media setempat menyatakan kepala komite khusus penyelidik kasus itu, Robert Mueller menyasar 13 peristiwa di Gedung Putih yang berkaitan dengan dugaan kongkalikong Trump dengan Rusia.
Trump sendiri telah berkali-kali menyebut dugaan keterlibatan Kremlin dalam pemilu Amerika sebagai berita bohong.
Merujuk laporan yang ditulis New York Times dan Washington Post, Rabu (20/9) malam waktu setempat, Mueller juga berniat untuk menelisik dokumen terkiat pemecatan Michael Flynn, penasehat kemanan nasional pertama yang diangkat Trump.
Lebih jauh lagi, Mueller juga dikabarkan mencari data rapat di Ruang Oval ketika Trump berkata kepada sejumlah pejabat Rusia Mei lalu bahwa langkahnya memecat James Comey, direktur FBI yang disebutnya sebagai direktur 'gila', telah membuat sang presiden terbebas dari beban yang sangat berat..
Selain itu, komite khusus tersebut meminta dokumen jawaban Gedung Putih terhadap tuduhan pertemuan antara Donald Trump Jr dengan seorang pengacara Rusia di Trump Tower, Juni 2016 lalu.
Putra tertua Trump disebut membocorkan informasi "merusak" tentang saingan ayahnya dalam Pilpres, Hillary Clinton, kepada Rusia.
Pengacara Trump, Ty Cobb, menjanjikan kepada Mueller bahwa dia akan memberikan sejumlah dokumen yang diminta tersebut minggu ini.
Washington Post melansir bahwa Mueller juga meminta seluruh email dan dokumen Gedung Putih yang berkaitan dengan Paul Manafort, mantan kepala kampanye Trump.
Manafort sendiri mengundurkan diri dari kampanye Trump beberapa saat menjelang pemilu, setelah mengemuka tuduhan bahwa salah satu pekerjaannya dengan partai politik Ukraina, ternyata terkait dengan pemerintahan Rusia.