Kabar24.com, SURABAYA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan dirinya menolak wacana pencalonannya sebagai bakal calon gubernur dalam pesta demokrasi Pilkada Jawa Timur 2018.
"Menjadi pemimpin itu berat tanggung jawabnya, meskipun menurut orang lain mampu untuk mengemban tugas itu. Saya bisa bangun kota ini jadi bagus, tapi masyarakatnya menangis dan menderita," kata Risma di hadapan puluhan pimimpin redaksi media cetak dan elektronik di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Rabu (13/9/2017).
Keputusan untuk tidak maju dalam Pilgub Jatim, kata Risma, sudah disampaikan jauh hari kepada Ketua Umum PDIP Megawati. Risma juga menceritakan saat dirinya sempat ditawari menjadi menteri dalam kabinet Presiden Joko Widodo.
"Pak Jokowi saat itu belum dilantik, saya ditawari menjadi menteri," ujar Risma.
Menurut Risma, sebelum Presiden Jokowi dilantik dan baru diumumkan, kalau menang dalam pilpres, dirinya langsung menghadap ke Megawati untuk tidak dimasukkan dalam susunan menteri. Hal yang sama juga dilakukan saat Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Memang kata Pak Hasto (Sekjen PDIP) saya telah diminta dan jika saya berkenan," ujarnya.
Baca Juga
Wali Kota Surabaya ini mengaku sudah berbicara dengan Ketua Umum PDIP Megawati mengenai Pilkada Jatim 2018. Ia menegaskan kepada Megawati tidak bersedia maju untuk jadi Cagub Jatim. "Bu Mega sudah setuju bukan saya," ujarnya.
Risma mengemukakan, yang dapat mengukur kemampuan seorang pemimpin adalah masyarakat. Jabatan itu tidak boleh diminta, dirinya juga tidak ingin menjadi pemimpin yang sombong.
"Sombong banget jika seperti itu. Dikasih cobaan tsunami bisa habis kalau gitu," katanya.
Setiap informasi yang diterima Risma selalu dilaporkan kepada Megawati, seperti persoalan orang miskin dan sebagainya.
"Ibu tahu dan memahami karena saya berangkat dari sumpah," tambah Risma.
Pada kesempatan itu, Risma sempat berbagi pengalamannya saat memimpin Surabaya. Risma mengaku banyak hambatan yang dialami dan seringkali membuatnya menangis, misalnya karena banyak anak yang putus sekolah.