Kabar24.com, PADANG—Bank Indonesia meminta Pemprov Sumatra Barat mewaspadai anomali cuaca dengan masuknya musim hujan yang berpotensi mengganggu pasokan komoditas pangan pokok di daerah itu.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumbar Endy Dwi Tjahjono mengatakan Sumbar yang sudah memasuki musim hujan pada tingkat normal hingga di atas normal berpotensi menggangu pasokan.
“Prakiraan cuaca BMKG menunjukan curah hujan pada September cenderung tinggi di wilayah Sumbar. Ini berisiko mengganggu pasokan pangan,” katanya, Selasa (5/9/2017).
Menurutnya, potensi hujan di wilayah Sumbar berisiko menyebabkan terganggunya proses penjemuran gabah dan ujungnya menyebabkan pasokan beras berkurang.
Selain untuk komoditas beras, hujan berkepanjangan juga berpotensi menyebabkan gagal panen cabai merah, serta terganggunya kegiatan nelayan di Sumbar.
Meski potensi cuaca di Sumbar cenderung hujan, sebagian besar Pulau Jawa justru dengan tingkat hujan rendah. Sehingga, pasokan komoditas pokok yang berasal dari Jawa diprediksi tidak terganggu.
Baca Juga
“Perkiraan di bulan September tekanan inflasi rendah. Tetapi tetap perlu diwaspadai potensi terganggunya pasokan pangan,” ujar Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar itu.
Dia menyebutkan sumber inflasi dari harga yang diatur pemerintah, tekanan diperkirakan berasal dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM), dan potensi kenaikan harga emas perhiasan.
Adapun, per Agustus 2017, Sumbar mengalami deflasi 0,28%, dipicu stabilnya harga tiket pesawat, setelah melonjak sejak Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri lalu.
Dua kota yang menjadi barometer ekonomi Sumbar, Kota Padang mengalami deflasi 0,36% dan Bukittinggi mengalami inflasi 0,28%.
Untuk Sumbar, selain harga tiket pesawat yang kembali normal, deflasi juga dipicu turunnya harga sejumlah komoditas pangan seperti jengkol dan bayam yang mempengaruhi deflasi masing-masing 0,07% dan 0,02%. Lalu, pepaya, tomat sayur, dan petai.
“Secara umum terjadi penurunan harga pada sejumlah komunitas pokok pada Agustus. Tetapi beberapa komoditas juga naik,” kata Sukardi, Kepala BPS Sumbar.
Sukardi menuturkan tidak hanya komoditas pangan pokok yang mengalami penurunan. Beberapa komoditi lainnya adalah angkutan udara, baju setelan anak, televisi berwarna, dan biaya angkutan kota.
“Untuk harga tiket pesawat sudah normal, dan menjadi penyumbang deflasi terbesar mencapai 0,70 persen,” katanya.
Sedangkan harga komoditas pokok yang selama ini memang selalu menjadi penyumbang inflasi mulai naik seperti cabai merah, daging ayam, kangkung, dan telur. Namun, kenaikan itu belum mempengaruhi lonjakan inflasi daerah itu.