Kabar24.com, PADANG - Laju pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat pada triwulan kedua tahun ini sebesar 5,32% atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 5,85%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Sukardi menyebutkan perlambatan pertumbuhan itu dipicu penurunan produksi pertanian dan perkebunan akibat pergeseran musim panen.
“Dibandingkan dengan tahun lalu [yoy] melambat 5,32%, tetapi q-to-q [dari kuartal I/2017] tumbuh 2,69%,” katanya di Padang pada Senin (7/8).
Sukardi mengatakan jika dihitung per semester, maka pada semester pertama tahun ini, ekonomi Sumbar tumbuh 5,15% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Dia menuturkan sektor pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian Sumbar tidak tumbuh signifikan karena pergeseran musim panen dan pergerakan cuaca yang tidak menentu.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan selama kuartal kedua tahun ini hanya tumbuh 4,81% dari periode yang sama tahun lalu. Padahal, sektor itu berkontribusi hingga 24% terhadap penbentukan produk domestik regional bruto (PDRB) Sumbar.
Sukardi memaparkan dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 9,67%. Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen ekspor luar negeri tumbuh 27,04%.
“Sedikit saja melambat dari pertanian dan subkategori perkebunan akan mempengaruhi laju perekonomi Sumbar, karena porsinya besar,” jelasnya.
Dia memerinci jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, sektor pertanian sudah menunjukkan pertumbuhan positif 1,1% dengan meningkatnya produksi tanaman padi dan jagung.
Namun, sektor pertanian itu harus mendapat perhatian lebih jauh, karena selain berkontribusi meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kekurangan pasokan pangan bisa berakibat menyebabkan inflasi tinggi di daerah itu.
Adapun, sumber pertumbuhan sepanjang 3 bulan terakhir dibandingkan kuartal pertama tahun ini didorong meningkatnya sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh 6,96%, informasi dan komunikasi 5,13%, serta penyediaan akomodasi makan minum 3,62%.
Sukardi menilai momen Ramadan dan Lebaran ikut berkontribusi meningkatkan konsumsi rumah tangga, yang bertampak terhadap meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Sepanjang semester pertama, imbuhnya, daya beli masyarakat Sumbar masih terjaga. Terbukti, konsumsi rumah tangga masih tumbuh positif 4,59%. Sektor itu menguasai lebih dari setengah porsi PDRB atau menyumbang hingga 52,23%.
“Ditunjang tumbuhnya kelompok konsumsi makanan dan minuman non alkohol, serta pengeluaran untuk transportasi,” ujarnya.
Dari sisi pengeluaran itu, Sukardi mengungkapkan hambatan berasal dari masih rendahnya belanja pemerintah yang justru mengalami kontraksi 8%. Sedangkan investasi juga melambat dengan pertumbuhan hanya 2,19%.
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit mengakui pertumbuhan ekonomi tergolong lambat, karena minimnya sumber daya alam (SDA) yang bisa dieskplorasi.
“Kami terbatas di SDA, sehingga pertumbuhannya lambat. Tapi akan didorong memanfaatkan sektor-sektor lain, terutama investasi,” katanya.
Dia mengatakan pemerintah memprioritaskan penanganan inflasi agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Dengan begitu, diyakini mampu meningkatkan konsumsi dan menstimulus pertumbuhan ekonomi daerah.