Kabar24.com, JAKARTA -- Israel akan menutup kantor media Al Jazeera di negara tersebut selain mencabut izin bagi para wartawannya.
Menteri Komunikasi Israel Ayoub Kara menuduh bahwa saluran tersebut mendukung terorisme dan menyebutkan bahwa saluran bahasa Arab dan bahasa Inggrisnya akan diblokir.
Sedangkan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh jaringan televisi Qatar itu 'menghasut.' Al Jazeera mengutuk keputusan tersebut.
Pemerintah Israel mengatakan bahwa mereka mendasarkan keputusan itu atas larangan serupa yang diberlakukan Arab Saudi dan sejumlah negara Arab Sunni lain setelah terjadi sengketa diplomatik mereka dengan Qatar, yang merupakan pendana Al Jazeera.
Ayoub Kara mengatakan, bahwa perusahaan-perusahaan penyedia layanan TV kabel telah sepakat untuk mencabut jaringan itu dari udara, namun upaya untuk menutup biro Al Jazeera di Yerusalem akan memerlukan ketentuan hukum lebih lanjut.
"Al Jazeera telah menjadi alat utama ISIS, Hamas, Hizbullah dan Iran," katanya dalam sebuah konferensi pers sebagaimana dikutip BBC.com, Senin (7/8/2017).
Baca Juga
Netanyahu Menuduh
Netanyahu memuji Ayoub Kara melalui cuitannya, "yang melaksanakan instruksi saya untuk mengambil langkah nyata untuk mengakhiri hasutan-hasutan Al Jazeera."
Seorang pejabat Al Jazeera di Ibu Kota Qatar, Doha, mengatakan bahwa mereka menyesalkan tindakan dari sebuah negara yang mengaku sebagai satu-satunya negara demokratis di Timur Tengah dan menganggap apa yang mereka lakukan itu merupakan langkah berbahaya.
Netanyahu menuduh saluran TV pan-Arab tersebut menyulut krisis di kawasan yang bagi orang Islam disebut al-Haram al-Sharif dan bagi penganut Yahudi disebut Bukit Bait Suci atau Temple Mount.
Pada akhir Juli lalu, Perdana Menteri Israel menyatakan akan 'mengusir Al Jazeera' terkait laporan mereka atas masalah itu, yang dinilai Israel telah memicu kekerasan. Sementara, pimpinan Al Jazeera menyangkal dan mengatakan bahwa liputan mereka "profesional dan objektif".
Editor jaringan itu menuduh Netanyahu berkolusi dengan tetangga-tetangga Arab mereka yang otokratis dalam melancarkan serangan terhadap media bebas dan independen.
Saluran berita berbahasa Arab Al Jazeera pertama kali diluncurkan pada tahun 1996, dan langsung mengguncang lanskap media di Timur Tengah dengan siaran yang menayangkan pemberitaan kritis pada pemerintah dan penguasa di wilayah tersebut.
Al Jazeera mengatakan mereka adalah saluran Arab pertama yang menampilkan politisi dan komentator Israel di udara. Namun, Israel sering menuduhnya bias melaporkan konflik Israel-Palestina.