Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Manufaktur Sumbar Anjlok 7,05%

Produksi manufaktur Sumatra Barat mengalami penurunan signifikan sepanjang kuartal kedua tahun ini sebesar 7,05% dibandingkan tahun sebelumnya menyusul kondisi ekonomi yang belum pulih.
Kendaraan pemudik melintasi Jalan Raya Jambi-Sumbar via Kerinci di Kayu Aro, Kerinci, Jambi, Sabtu (24/6). Jalur tersebut merupakan jalur alternatif mudik untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan di Jalan Lintas Sumatra (Jalinsum) Jambi-Sumbar melalui Bungo. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Kendaraan pemudik melintasi Jalan Raya Jambi-Sumbar via Kerinci di Kayu Aro, Kerinci, Jambi, Sabtu (24/6). Jalur tersebut merupakan jalur alternatif mudik untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan di Jalan Lintas Sumatra (Jalinsum) Jambi-Sumbar melalui Bungo. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Bisnis.com, PADANG—Produksi manufaktur Sumatra Barat mengalami penurunan signifikan sepanjang kuartal kedua tahun ini sebesar 7,05% dibandingkan tahun sebelumnya menyusul kondisi ekonomi yang belum pulih.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Sukardi mengatakan untuk industri besar dan sedang mengalami penurunan pertumbuhan 7,05% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, padahal secara nasional masih tumbuh 4%.

“Sedikit mengalami penurunan, kalau dari triwulan sebelumnya juga turun tipis 0,31% dan nasional naik 2,57%,” katanya, Selasa (1/8/2017).

Dia menuturkan penurunan itu berasal dari industri makan yang mengalami penurunan sebesar 10,17% dan industri barang galian bukan logam sebesar 2,36%.

Sementara itu, untuk produksi manufaktur mikro dan kecil juga turun 1,66% dibandingkan kuartal II/2016, dengan kontribusi penurunan disumbang industri pengolahan tembakau yang turun 32,33%, industri tekstil 19,01% dan industri makanan 10,58%.

Sukardi mengatakan jenis industri besar di Sumbar adalah industri pengolahan minyak sawit atau cruid palm oil/CPO, dan industri berbasis bahan galian dan logam.

Adapun, untuk manufaktur mikro dan kecil meski turun, namun masih tumbuh dibandingkan tiga bulan sebelumnya yakni sebesar 3,22% didorong tumbuhnya industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 54,01%, industri pakaian jadi 35,74%, dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki 26,38%.

Puji Atmoko, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar menuturkan ada kecenderungan produksi manufaktur daerah itu mengalami penurunan dalam beberapa kuartal terakhir.

“Ada kecenderungan memang turun. Maka perlu ada strategi ada inovasi untuk pengembangan produk, sehingga bisa tumbuh lagi,” ujarnya.

Dia mendorong pemerintah daerah perlu mengarahkan industri yang memiliki keragaman produk, sehingga miliki nilai tambah.

Misalnya, untuk produk CPO, tidak lagi diekspor dalam bentuk bahan baku saja, namun harus dikembangkan berbagai produk turunannya yang memiliki nilai tambah, agar produksi manufaktur kembali meningkat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Heri Faisal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper