Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NU Gunakan Hisab untuk Bantu Pelaksanaan Rukyatul Hilal

Nahdlatul Ulama menggunakan metode perhitungan astronomis (hisab) untuk membantu pelaksanaan rukyatul hilal dalam menentukan masuknya 1 Syawal 1438 Hijriyah/2017 Masehi. Rukyat dilakukan di seluruh Indonesia pada Sabtu, 24 Juni 2017.
Ilustrasi - Petugas Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulsel bersama Petugas BMKG Sulsel menggunakan teleskop saat pemantauan hilal untuk menentukan 1 Ramadhan 1438 H di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (26/5). Pemantauan hilal yang dilakukan menggunakan teropong tersebut mendapatkan hasil perhitungan dengan tinggi lihat hilal 07,56 derajat sehingga memastikan 1 Ramadan 1438 H jatuh pada 27 Mei 2017 . ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi - Petugas Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulsel bersama Petugas BMKG Sulsel menggunakan teleskop saat pemantauan hilal untuk menentukan 1 Ramadhan 1438 H di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (26/5). Pemantauan hilal yang dilakukan menggunakan teropong tersebut mendapatkan hasil perhitungan dengan tinggi lihat hilal 07,56 derajat sehingga memastikan 1 Ramadan 1438 H jatuh pada 27 Mei 2017 . ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Kabar24.com, JAKARTA -- Nahdlatul Ulama (NU)menggunakan metode perhitungan astronomis (hisab) untuk membantu pelaksanaan rukyatul hilal dalam menentukan masuknya 1 Syawal 1438 Hijriyah/2017 Masehi. Rukyat dilakukan di seluruh Indonesia pada Sabtu, 24 Juni 2017.

Sebagaimana ditayangkan laman NU Online, nu.or.id, data hisab Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), posisi hilal markaz Jakarta pada 29 Ramadhan 1438 H setinggi 3 derajat 47 menit 47 detik di atas ufuk. Ijtima’ atau konjungsi berlangsung pada Sabtu (24/6) pukul 09:34:11 WIB. Keadaan hilal miring ke selatan denga durasi 17 menit 23 detik.

Dengan data ini, 1 Syawal 1438 Hijriah diprediksi jatuh pada Minggu, 25 Juni 2017, atau persisnya sejak Sabtu petang, momen ketika hilal kemungkinan dapat dilihat.

Meski demikian, Ketua Lembaga Falakiyah PBNU KH A Ghazalie Masroeri mengingatkan, rukyat tetap menjadi dasar penentu awal Ramadhan, awal Syawal, dan awal Dzulhijjah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Sedangkan hisab yang bersifat prediktif, digunakan oleh NU untuk membantu pelaksanaan rukyat atau tidak dapat menggantikan rukyat.

“Apabila laporan pelaksanaan rukyat dapat melihat hilal, maka jadi penentu awal Syawal jatuh hari Ahad, 25 Juni 2017. Tetapi apabila tidak dapat melihat hilal, maka umur Ramadan 1438 H diistikmalkan (digenapkan) menjadi 30 hari,” tuturnya.

Direktorat Jenderal (Ditjen) Bimas Islam Kemenag akan kembali menggelar sidang itsbat (penetapan) awal bulan Syawal 1438 H. Sidang itsbat ini akan digelar pada Sabtu, 24 Juni 2017.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dijadwalkan akan memimpin langsung sidang itsbat, bersama Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Ma’ruf Amin dan Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher. Melalui mekanisme sidang isbat tersebut, Kemenag akan menetapkan kapan umat muslim Indonesia akan berhari raya Idul Fitri, 1 Syawal 1438H.

"Sidang isbat awal Syawal akan dilaksanakan pada Sabtu, 24 Juni 2017M di Auditorium HM. Rasjidi, Kementerian Agama RI, Jl. MH. Thamrin No. 6, Jakarta," kata Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Muhammad Thambrin.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yusran Yunus
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper