Kabar24.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo kembali mengajak seluruh warga negara Indonesia untuk berhenti menyebarkan berita bohong sekaligus memperkuat nilai-nilai kesantunan dan kesopanan yang menjadi budaya bangsa.
“Saya Joko Widodo Presiden Republik Indonesia kepada seluruh masyarakat Indonesia di mana pun berada, marilah bersama-sama kita hentikan penyebaran berita bohong atau hasutan yang mengandung fitnah dan kebencian di sosial media,” ujar Kepala Negara dalam sebuah pesan suara yang dilansir oleh Istana Kepresidenan, Kamis (8/6/2017).
Dalam beberapa waktu terakhir, Jokowi memang acapkali melontarkan imbauan terkait penggunaan sosial media. Salah satunya adalah usai menyaksikan latihan gabungan TNI di Kepualuan Natuna, Kepulauan Riau, pertengahan Mei lalu.
Di hadapan sekitar 1.500 tentara, Jokowi menyatakan dampak dari penggunaan media sosial secara negatif dialami oleh mayoritas negara di dunia.
"Kalau media sosial, di negara mana pun dengan keterbukaan mengalami masalah yang sama semuanya. Ada fake news, ada hoax, berita fitnah, berita bohong dan semua orang banyak yang kena," kata Presiden.
Presiden Joko Widodo juga menceritakan pengalamannya saat bertemu berbagai Kepala Negara atau kepala pemerintahan. Pada umumnya, lanjutnya, mereka juga mengeluhkan penyebaran berita hoaks yang juga terjadi di negara mereka masing-masing.
"Mereka menyampaikan, Presiden Jokowi, kalau media mainstream, koran, majalah, televisi bisa kita ajak bicara. Tapi kalau media sosial, setiap individu bisa menyampaikan berita benar atau tidak benar, setiap individu bisa membuat blog, situs, bisa nge-tweet, Facebook, bisa membuat vlog, semua individu bisa," tutur Presiden menirukan ucapan mereka.
Untuk itu, Jokowi menyampaikan memang dibutuhkan upaya bersama untuk mengatasi dampak negatif dari penggunaan media sosial yang tidak bertanggung jawab. Salah satunya, adalah dengan melawan penyebaran berita hoax melalui klarifikasi dan menyampaikan hal yang benar kepada masyarakat.
Presiden kemudian berpesan agar jangan sampai energi bangsa ini habis karena mengerjakan hal-hal yang tidak perlu. "Saling fitnah, saling menghujat, saling menjelekkan, saling mencemooh, saling mendemo, saling menolak, habis energi kita untuk itu," katanya.
Sebab, menurutnya, pada saat yang sama, negara lain sudah memikirkan kemajuan teknologi. Bila bangsa Indonesia terus berkutat pada hal-hal yang disebut tidak produktif itu, Kepala Negara khawatir bangsa kita akan semakin tertinggal.
"Kita hanya terjebak pada hal yang menghabiskan energi. Energi kita habis dan kita tidak mendapatkan apa-apa, kecuali saling curiga di antara kita."