Kabar24.com, MATARAM -- Bandara Sultan Salahuddin Bima akan memperpanjang runway dari 1660 meter menjadi 2100 meter. Perpanjangan runway tersebut dimaksudkan agar pesawat berbadan besar sejenis Boeing bisa mendarat di Bandara paling timur di Provinsi NTB tersebut.
Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin meminta stakeholder terkait untuk segera melakukan langkah langkah strategis untuk perpanjangan runway tersebut, seperti penyelesaian pembebasan lahan, ketersediaan air bersih dan infrastruktur lainnya.
"Segera dilakukan kajian, agar bandara ini bisa didarati pesawat-pesawat boeing," ujar Amin seperti dikutip Bisnis.com dalam keterangan resmi yang diterima di Mataram, Selasa (6/6/2017).
Taslim Badaruddin selaku Kepala Bandara Salahuddin Bima menyatakan perpanjangan runway tersebut ditargetkan rampung pada 2019. Tahun ini menurutnya, telah dilakukan beberapa kajian seperti reviews RTT bandara, standarisasi pagar sisi bandara dan penataan gedung bandara.
Ditargetkan pada 2018, sudah dapat dilakukan pemenuhan kebutuhan air bersih, rekondisi saluran terbuka, pelebaran jalan akses PKP PK, leveling apron, pembuatan helipad, pengadaan dan pemasangan lampu penerangan dengan menggunakan sel surya.
Selanjutnya, direncanakan pada 2019 akan dilakukan penimbunan area perpanjangan setelah relokasi sungai oleh Pemda, pemagaran area perpanjangan, pembangunan gedung terminal tahap I dan pembangunan gedung administrasi.
Baca Juga
"Beberapa kendala yang dihadapi sejauh ini, yaitu pembebasan lahan dan keberadaan sungai pada daerah perpanjangan yang memotong ujung runway 13 bandara," ujar Taslim.
Terkait pembebasan lahan, pemda Kota Bima telah menyediakan anggaran Rp10 juta/are untuk keseluruhan area rencana perpanjangan. Namun, saat ini kesepakatan belum tercapai lantaran pihak ahli waris masih menginginkan harga Rp20 juta/are.
Sementara untuk sungai, sudah dilakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten Bima tentang relokasi sungai, dan oleh pemkab Bima sudah dilakukan pembebasan lahan.
Tinggal menunggu pelaksanaan relokasi sungai yang direncanakan pada tahun 2017 dengan program BAWA yang merupakan program kerja sama dengan pihak luar.