Kabar24.com, MAKASSAR - Direktur Pemberdayaan Informatika Direktorat Jenderal (Ditjen) Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Septriana Tangkary mengatakan sekitar 81 persen "hoax" bermuatan isu suku, agama dan ras (SARA).
"Sekitar 81 persen dari 91,8 persen hoax seputar masalah sosial dan politik adalah terkait isu SARA," kata Septriana di sela Pembukaan Kegiatan Literasi Pengguna Media Sosial dan Launching Gerakan Netizen Sulsel, "Ayo Santun dan Produktif di Dunia Maya" di Makassar, Selasa.
Di sisi lain, lanjut Septriana,, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keberagaman yang sangat besar, baik suku, agama, dan budaya.
Oleh karena itu, ia mengajak agar pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum lebih bijak dalam menerima informasi yang beredar di media sosial.
"Berita yang bohong itu tidak perlu kita sebarluaskan," imbuhnya.
Ia mengatakan masyarakat bisa menyaring berita "hoax", di antaranya dengan menggunakan aplikasi "hoax analizer" yang dikembangkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan tingkat akurasi hingga 70 persen.
Baca Juga
Ia menghimbau agar masyarakat benar-benar memeriksa kebenaran suatu berita sebelum memutuskan menyebarkan atau memviralkannya.
"Kita harus tahu apakah ini adalah suatu berita yang benar? apakah berita tersebut pantas diviralkan," kata dia.
Pada kesempatan tersebut, ia juga mengapresiasi upaya Pemerintah Provinsi Sulsel dalam meningkatkan literasi media pada pengguna media sosial.
Provinsi Sulsel, kata dia, tercatat sebagai provinsi kedua di Indonesia yang melakukan hal semacam ini.
Sementara Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatakan hoax dan provokasi telah hadir dalam kehidupan keseharian kita, sehingga membutuhkan perhatian dari semua pihak.
"Tidak hanya peran pemerintah, tapi semua pihak, termasuk media mainstream penting untuk memerangi hoax," ucap gubernur.