Bisnis.com, PADANG—Laju inflasi Sumatra Barat tahun ini bakal dipengaruhi administered price atau komoditas yang diatur oleh pemerintah, dibanding pergerakan harga komoditas pangan yang kerapkali menjadi penyebab inflasi.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumbar Puji Atmoko menyebutkan komoditas yang diatur pemerintah seperti kenaikan tarif listrik, potensi kenaikan harga BBM, dan kenaikan LPG 3 Kg bakal mempengaruhi laju inflasi.
“Sebab, komoditas yang diatur pemerintah akan mempengaruhi volatilitas komoditas pangan di pasar,” katanya, Kamis (6/4/2017).
Dia mengatakan di awal tahun kenaikan tarif listrik dan potensi kenaikan harga BBM secara gradual akan mempengaruhi harga-harga komoditas lainnya.
Adapun, tekanan dari komoditas yang selama ini mempengaruhi laju inflasi Sumbar seperti cabang merah, bawang merah, beras, dan tiket pesawat diperkirakan lebih mereda dengan sejumlah kebijakan pengendalian di daerah.
Untuk cabai merah misalnya, sepanjang awal tahun ini penurunan harga cukup signifikan yang mendorong deflasi di Kota Padang dan Bukittinggi. Bulan lalu, misalnya Padang masih mencatatkan deflasi 0,01% dan Bukittinggi inflasi 0,25%.
Secara keseluruhan, inflasi Sumbar di bulan Maret hanya 0,02%, sehingga laju inflasi tahun kalender hingga triwulan pertama 2017 terjaga di level 0,37%. Secara tahunan, laju inflasi Sumbar sebesar 3,82%.
Selain cabai merah, harga tiket pesawat yang selalu meningkat drastis saat momen Lebaran juga diantisipasi pemda dengan berkonsultasi dan meminta manajemen perusahaan plat merah Garuda Indonesia menekan harga tiket di level sewajarnya.
Puji meyakini dengan gerakan tanam cabai, operasi pasar, dan berbagai upaya pengendalian melalui tim pengendalian inflasi daerah (TPID) di berbagai kabupaten/kota daerah itu, dinilai berkontribusi meminimalkan tekanan inflasi.
Dia memperkirakan laju inflasi Sumbar tahun ini di kisaran 5,1% plus minus 1%, dinilai sudah cukup stabil dibandingkan pergerakan inflasi dalam beberapa tahun terakhir yang sangan berfluktuatif.
Irwan Prayitno, Gubernur Sumbar mengungkapkan sejumlah upaya telah dilakukan untuk menjamin stabilitas harga di daerah itu, termasuk jelang Ramadan dan menghadapi Lebaran tahun ini.
“Kami sudah koordinasikan dengan Bulog untuk memastikan stok beras, gula terpenuhi. Juga bekerjasama dengan Minang Mart agar ambil bagian di produk pangan, termasuk gula untuk menciptakan harga yang stabil,” katanya.
Dia mengatakan manajemen PT Ritail Modern Minang yang mengelola Minang Mart setuju menghimpun komoditas petani dan dijual di jaringan ritel Minang Mart di seluruh Sumbar, terutama komoditas pangan yang kerapkali menyebabkan inflasi.
“Di Minang Mart juga, cabai keriting, cabai olahan dijual di sana, sehingga nanti harganya jadi stabil,” kata Irwan.
Sebelumnya, Direktur PT Retail Modern Minang, Syaiful Bahri menyebutkan perseroan memberikan porsi 30% bagi produk UMKM lokal untuk dijual di gerai Minang Mart dan Kedai Minang di seluruh Sumbar.
Saat ini, katanya, di beberapa gerai sudah menjual sampai 25% produk UMKM berupa makanan olahan, kuliner lokal, dan produk pangan asal daerah itu.