Bisnis.com, JAKARTA—Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia menyebutkan tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban ledakan di kereta bawah tanah kota Saint Petersburg pada Senin.
Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M. Wahid Supriyadi mengaku saat ini terdapat 115 WNI di St. Petersburg yang terdiri atas 90 mahasiswa dan sisanya tenaga kerja Indonesia. “Kami telah kontak Permira [Persatuan Mahasiswa Indonesia di Rusia] Saint Petersburg dan Konsul Kehormatan di sana," kata Wahid, Selasa (4/4/2017) dinihari.
Berdasarkan data KBRI, di seluruh Rusia ada sekitar 900 WNI, yang sebagian di antaranya tinggal di Moskow, ibu kota Rusia.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Rusia Veronika Skvortsova mengatakan sedikitnya 10 orang tewas dalam peristiwa ledakan serta sedikitnya 47 orang terluka pada kasus ledakan kereta bawah tanah tersebut .
Adaoun, Komite Antiterorisme Nasional Rusia mengatakan sembilan orang tewas dalam ledakan yang terjadi pada kereta yang sedang melaju antarstasiun kereta metro bawah tanah. Ledakan terjadi pada pukul 14.40 waktu setempat yang merupakan jam sibuk.
Rekaman gambar menunjukkan sejumlah warga yang terluka di peron stasiun, beberapa di antaranya dirawat oleh petugas medis darurat dan penumpang lain. Sedangkan penumpang lain melarikan diri dari peron di tengah-tengah asap, beberapa di antaranya terlihat berteriak atau memegangi tangan dan wajah mereka.
Akibat ledakan tersebut, lubang besar terbentuk di sisi gerbong kereta dengan serpihan logam berserakan di sepanjang peron. Penumpang terlihat memecahkan jendela pada salah satu gerbong tertutup.
Kantor berita Interfax menyampaikan, ledakan itu dicurigai berasal dari bahan peledak, yang disembunyikan di dalam koper.
Ambulans dan mobil pemadam kebakaran bergerak menuju stasiun Sennaya Ploshchad. Helikopter terbang di atas kerumunan yang menonton proses penyelamatan.
Serangan terhadap ibu kota kerajaan tua Rusia itu menjadi lambang kekuatan bagi kelompok keras mana pun, terutama pemberontak Chechen dan IS, yang bertempur melawan pasukan Rusia di Suriah.
Pihak berwenang menutup semua stasiun kereta bawah tanah St Petersburg, sementara jaringan Metro Moskow mengatakan meningkatkan keamanan untuk menghadapi peristiwa serupa.