Kabar24.com, SEMARANG—Neraca perdagangan provinsi Jawa Tengah pada Februari 2017 mengalami defisit sebesar US$509,2 juta dengan nilai ekspor hanya mencapai US$447,47 juta sedangkan impor sebesar US$956,66 juta.
Impor Jawa Tengah pada Februari 2017 tersebut naik sekitar 39,63% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$685,13 juta. Secara year on year (yoy) impor itu pun naik sekitar 71,20% dari US$397,86 juta.
Adapun tiga produk yang mendominasi impor dari provinsi tersebut adalah mineral, tekstil dan barang tekstil, serte mesin dan pesawat mekanik. Kontribusi ketiganya senilai US$755,89 juta terhadap total impor pada Februari 2017.
Sementara itu, nilai ekspor pada Februari 2017 tersebut mengalami penurunan sekitar 5,83% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai US$475,16 juta. Adapun secara yoy jumlahnya naik sekitar 2,5% dari US$436,56 juta.
Dari Jawa Tengah, komoditas ekspor yang paling mendominasi pada Februari 2017 adalah produk tekstil dan barang tekstil, kayu dan barang dari kayu, serta bermacam barang hasil pabrik. Nilai ekspor ketiganya pada Februari 2017 mencapai US$315,82 juta.
Mencermati raihan ekspor pada dua bulan pertama tahun ini, Sri Herawati, Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jawa Tengah, mengatakan penjualan ke luar negeri Februari lebih kecil dari Januari karena siklus awal tahun di mana serapan produk di negara tujuan masih kurang.
Di sisi lain, peningkatan eskpor secara yoy menurutnya karena ada pertumbuhan pada produk-produk tertentu.
“Setiap bulan ada fluktuasi, bulan lalu ekspor lebih baik karena ada peningkatan beberapa komoditas-komoditas tertentu yang menjadi andalan ekspor seperti kayu dan produk kayu,” katanya, Rabu (15/3).