Kabar24.com, JAKARTA - Laut Galilea, danau yang diyakini oleh umat Kristen sebagai tempat Yesus berjalan di air, surut ke level terendah dalam satu abad terakhir menurut seorang pejabat Israel, Selasa (7/3/2017).
Air Laut Galilea, yang sebenarnya merupakan danau air tawar, menyusut karena rendahnya hujan dalam empat tahun terakhir, kata Amir Givati dari Otoritas Perairan Israel kepada radio militer.
"Ini merupakan situasi yang serius," katanya.
"Danau surut ke level terendah dalam seabad."
Level yang dimaksud adalah 20 sentimeter di bawah batas yang menurut para ahli bisa diterima, yang disebut "garis merah", ujar Givati.
"Kekeringan regional mempengaruhi seluruh wilayah Timur Tengah," imbuh Givati.
Rendahnya curah hujan berimbas pada pertanian, lingkungan hidup dan satwa di daerah sekitar.
Daerah lain di Israel terbebas dari krisis air berkat pasokan air dari lima fasilitas desalinasi air laut di sepanjang pesisir Mediterania.
Fasilitas tersebut memompa air melalui jaringan pipa ke rumah-rumah di seluruh penjuru Israel kecuali satu daerah di Israel utara yang semestinya memperoleh pasokan air dari Laut Galilea, yang juga disebut Danau Tiberias.
"Proyek untuk memasok air ke seluruh bagian utara Israel sedang dipertimbangkan. Ini tantangan pada tahun-tahun mendatang," kata Givati sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Tiga per empat air yang dikonsumsi rumah tangga Israel berasal dari fasilitas-fasilitas desalinasi.
Laut Galilea mencakup luas sekitar 160 kilometer persegi dan berada 200 meter di bawah permukaan laut.
Danau tersebut merupakan tempat ziarah penting bagi umat Kristen dan Yahudi.
Umat Kristen meyakini danau tersebut merupakan tempat sejumlah mukjizat Yesus, termasuk berjalan di atas air.