Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasok Meningkat, Tapi Krisis Pangan Ancam Sejumlah Wilayah

Pasokan pangan global telah meningkat, tetapi akses terhadap pangan telah berkurang secara dramatis di wilayah-wilayah yang menderita konflik sipil dan kekeringan.
Ilustrasi
Ilustrasi

Kabar24.com, ROMA - Sejumlah wilayah diperkirakan akan mengalami krisis pangan lebih dahsyat.

Badan pangan PBB FAO memperingatkan, dalam sebuah laporannya, Kamis (2/3), menyebutkan kondisi pasokan pangan global telah meningkat, tetapi akses terhadap pangan telah berkurang secara dramatis di wilayah-wilayah yang menderita konflik sipil dan kekeringan.

"Ini adalah situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak pernah sebelumnya kita dihadapkan dengan empat ancaman kelaparan di beberapa negara secara bersamaan," kata Asisten Direktur Jenderal FAO Kostas Stamoulis.

Menurut edisi terbaru laporan Prospek Tanaman dan Situasi Pangan FAO, sekitar 37 negara memerlukan bantuan eksternal untuk pangan, 28 dari jumlah itu berada di Afrika sebagai akibat dari berlanjutnya efek kekeringan yang dipicu El Nino pada tahun lalu.

Berlarut-larutnya pertempuran dan kerusuhan telah meningkatkan pengungsi dan kelaparan di bagian lain dunia, katanya.

Produksi pertanian diharapkan rebound di Afrika Selatan. Pada saat yang sama, kelaparan telah secara resmi dideklarasikan di Sudan Selatan dan situasi keamanan pangan menjadi perhatian serius di bagian utara Nigeria, Somalia dan Yaman.

Konflik dan kerusuhan sipil di Afghanistan, Burundi, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Irak, Myanmar dan Suriah juga memperburuk kondisi kerawanan pangan bagi jutaan orang serta mempengaruhi negara-negara tuan rumah para pengungsi di dekatnya.

Kekeringan di Afrika Timur pada akhir 2016 telah meningkatkan kerawanan pangan di beberapa negara di sub-kawasan itu, laporan tersebut menambahkan.

"Ini menuntut tindakan cepat yang harus terdiri dari bantuan pangan segera, tetapi juga dukungan mata pencaharian untuk memastikan bahwa situasi tersebut tidak terulang," tambah Stamoulis seperti dikutip Antara dari Xinhua, Jumat (3/3/2017).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Xinhua
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper