Kabar24.com, JAKARTA-- Usaha Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengambil tindakan terhadap sekitar 11 juta imigran ilegal yang tinggal di negeri Paman Sam itu telah memicu kekhawatiran dan ketakutan. Akibat hal ini, sejumlah orang merubah kegiatan sehri-hari mereka agar tidak tertangkap.
Di California, puluhan orang tua para migran menandatangani dokumen berkekuatan hukum yang memberi kuasa pada teman atau saudara mereka untuk menjemput anak-anak mereka dari sekolah serta kuasa untuk mengakses rekening perbankan mereka untuk membayar tagihan jika sewaktu-waktu mereka ditahan oleh para agen imigrasi.
Di Philadelphia, para imigran membawa buku panduan ukuran dompet berbahasa Spanyol dan Inggris yang berisi hal terkait hak hak mereka juga panduan terkait hal apa saja yang mereka bisa lakukan jika tertangkap atau berhadapan dengan petugas imigrasi.
Sementara itu di New York, Zuleima Dominguez (23) beserta seluruh keluarganya yang berdarah Meksiko selalu sangat berhati-hati jika ada yang mengetuk pintu rumah mereka. Mereka akan mulai menelepon anggota keluarga yang belum tiba di rumah pada waktunya.
Kekhawatiran diantara para migran memang telah ada sejak Trump mengeluarkan sejumlah kebijakan terkait imigran, tetapi hal ini semakin menjadi dalam beberapa minggu terakhir setelah pemerintah baru Amerika berencana menyingkirkan kebijakan yang dibuat di masa pemerintahan Obama yang lebih fokus mendeportase imigran dengan tindak kriminal serius.
Pada Selasa (21/2/2017) pemerintahan Trump mengumumkan bahwa setiap imigran ilegal di negara tersebut yang kedapatan melakukan pelanggaran atau bahkan yang dicurigai sebagai kriminal akan menjadi prioritas dalam daftar deportasi.
Dengan demikian, imigran yang melakukan tindak kejahatan minor seperti mengutil atau yang menyeberangi perbatasan secara ilegal juga berpotensi dideportasi.
Sejumlah pasangan di negara itu juga khawatir dengan kemungkinan bahwa mereka bisa jadi akan dipisahkan dengan istri atau suami mereka yang tidak memiliki dokumen lengkap. Begitu pula dengan orang tua yang anak-anaknya lahir di Amerika.
Imigran pun berbondong-bondong mendatangi sebuah kantor grup pengacara di Philadelphia menanyakan sejumlah pertanyaan seperti siapa yang akan menjaga atau bertanggung jawab atas anak-anak mereka jika mereka dideportasi? Mereka juga dilatih terkait perencanaan deportasi dan diberitahu sejumlah nama dan nomor telepon pengacara serta kontak darurat lain jika mereka ditahan sewaktu-waktu.
Sebuah organisasi di Austin, Texas yang menyediakan layanan cepat tanggap terkait deportasi menyebutkan biasanya mereka hanya menerima satu atau dua telepon per hari. Namun, belakangan mereka kebanjiran telepon.
"Kami menerima lebih dari 1.000 panggilan telepon per hari," sebut Cristina Parker Direktur Program Imigasi di Grassroorts Leadership seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (23/2/2017).
Dia menuturkan kebanyakan orang menelepon karena ketakutan karena mereka merasa trauma setelah melihat teman atau keluarga yang terpaksa harus berpisah.
Imigran di Chicago mengatakan mereka takut berkendara. Beberapa bahkan takut sekedar bepergian dengan transportasi publik. Ketika polisi Chicago dan otoritas federal menyelenggarakan pemeriksaan rutin di sejumlah stasiun kereta pada awal bulan ini, banyak yang menduga hal itu berkaitan dengan pemeriksaan dokumen keimigrasian.
Begini Khawatir dan Takutnya Para Imigran di AS
Usaha Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengambil tindakan terhadap sekitar 11 juta imigran ilegal yang tinggal di negeri Paman Sam itu telah memicu kekhawatiran dan ketakutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
3 jam yang lalu
Merger BUMN Karya, Dimulai dari yang Punya Aset Terbesar
15 jam yang lalu
Ada yang Kembali Mulai Tambah Saham Telkom (TLKM)
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
12 menit yang lalu
PM Selandia Baru Puji Prabowo, Tokoh Kunci Pertumbuhan Ekonomi RI
2 jam yang lalu