Kabar24.com, SAN FRANCISCO — Kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait imigrasi membuat CEO Uber Technologies Inc. Travis Kalanick memutuskan untuk mundur dari tim Dewan Penasihat Ekonomi.
Juru bicara Uber, Chelesea Kohler mengklarifikasi kabar tersebut.
Menurutnya, sikap Kalanick itu menyusul banyaknya tekanan dari para aktivis dan karyawan Uber yang menentang kebijakan Trump terkait imigrasi. Sebagian besar dari pengemudi Uber merupakan imigran.
Di sosial media, para netizen pun melakukan kampanye penolakan terhadap Uber dengan menghapus aplikasi tersebut dan memilih Lyft Inc, saingan Uber.
Uber bahkan telah mengirim pesan pada pengguna bahwa saham mereka akan diberikan pada pengemudi yang terimbas larangan. Kalanick sudah bicara pada Trump soal perintah eksekutif itu dan dampaknya pada komunitasnya. Hingga akhirnya ia mengatakan tidak akan bergabung dengan dewan ekonomi Trump.
“Ada banyak cara yang akan kita lanjutkan untuk membela perubahan yang adil dalam imigrasi, namun bertahan di dewan itu malah menjadi penghalang,” tulis Kalanick.
Sikap Kalanick yang memutuskan mundur itu tak mendapat respons dari Pemerintah AS. Gedung Putih tidak memberikan komentar setelah Kalanick mundur.
Seperti diketahui, kelompok penasihat bisnis yang ditinggalkan CEO Uber itu berisi sejumlah CEO perusahaan besar. Seperti General Motors Co, Walt Disney, Blackstone Group, Wal-Mart Store, Tesla Motors, PepsiCo hingga Boston Consulting Group.
Perusahaan-perusahaan besar Silicon Valey seperti Microsoft, Google, Apple, dan Amazon telah terang-terangan menolak perintah eksekutif Trump. Mereka mengatakan perusahaan besar Silicon Valey bergantung pada pekerja imigran seluruh dunia. Amazon dan Expedia bahkan ikut mengajukan dokumen tuntutan ke pengadilan untuk menentang perintah eksekutif tersebut.
Hengkangnya Kalanick menandai hubungan yang pelik dari para eksekutif Lembah Silikon yang ingin berbaik-baik dengan pemerintahan Trump demi kemudahan bisnis, namun disulitkan oleh kebijakan imigrasi Trump mengingat pekerja dan pasar mereka merambah di mana-mana termasuk di tujuh negara Muslim yang warganya dilarang masuk ke AS oleh Trump.