Bisnis.com, PADANG - Dua kota di Sumatra Barat, yakni Padang dan Bukittinggi, yang menjadi barometer perekonomian daerah itu, mengalami inflasi masing-masing 0,57% dan 0,22% per Januari 2017.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Sukardi menyebutkan inflasi di pembuka tahun ini tidak lagi disebabkan meningkatnya harga kebutuhan pangan pokok seperti tahun lalu, tetapi justru oleh komoditas lain.
“Inflasi dua kota di Sumbar, Padang dan Bukittinggi disebabkan naiknya tarif pulsa ponsel dan biaya perpanjangan STNK,” katanya, Rabu (1/2/2017).
Selain itu, inflasi juga didorong meningkatnya tarif listrik, bensin eceran, akibat penyesuaian harga pemerintah, dan sejumlah komoditas lainnya.
Sukardi mengungkapkan bahan pangan pokok seperti cabai merah, bawang merah, dan beras yang kerap kali menjadi andalan penyumbang inflasi daerah itu, justru mengalami deflasi.
Adapun, laju inflasi year on year (yoy) yang dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya mencatatkan Padang inflasi sebesar 5,60% dan 3,85% untuk Bukittinggi.
Secara umum, inflasi di Kota Padang disebabkan peningkatan harga pada enam kelompok pengeluaran. Yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,30%, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,13%.
Selanjutnya, kelompok sandang 0,06%, kesehatan 0,10%, pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,05%, dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,28%. Sedangakan kelompok bahan makanan deflasi 0,36%.
Di Bukittinggi, inflasi disebabkan naiknya harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, 0,03%, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,10%, dan kelompok sandang 0,03%.
Kemudian, kelompok kesehatan 0,04%, pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,00%, dan transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,34%. Sedangkan bahan makanan menyumbang deflasi 0,32%.
Meski terbilang cukup tinggi, Sukardi menilai inflasi kedua daerah itu cukup terkendali karena masih di bawah inflasi nasional yang mencapai 0,97%.