Kabar24.com, BANDUNG--Dinas Peternakan (Disnak) Jawa Barat sudah menyediakan sekitar 15.000 vaksin antraks untuk mengantisipasi penyebaran penyakit tersebut.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar Doddy Firman Nugraha mengatakan stok tersebut disediakan sepanjang 2017 ini."Kami siapkan kurang lebih ada 15.000. Vaksin ini dilaksanakan ketika ada kasus, selama ini tidak ada kasus ini sebagai cadangan dan kesiapan kita," katanya di Bandung, Kamis (26/1)
Menurutnya salah satu pengawasan yang dilakukan oleh pihaknya untuk mencegah penyakit antraks ialah menerjunkan tim khusus untuk mensosialisasikan bahaya penyakit tersebut."Kita mengantisipasi, kita sudah sosialisasi untuk mewaspadai seandainya ternak-ternak yang ada di masyarakat itu mengalami kematian mendadak," ujarnya.
Pihaknya juga melakukan pengetatan lalu lintas hewan ternak wilayah perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dengan daerah lainnya. Pengetatan lalu lintas itu dilakukan di beberapa check point, seperti di Losari atau di Banjar. "Kemudian untuk internal, kita perintahkan semua petugas kami yang ada di puskeswan untuk memantau kondisi ternak yang ada di peternakan," katanya.
Namun Doddy memastikan hingga saat ini belum menemukan kasus penyakit antraks yang menyerang hewan ternak dan manusia di Provinsi Jawa Barat. Menurutnya kasus penyakit antraks yang terjadi di Kulon Progo, Yogyakarta menjadi bahan pihaknya untuk waspada. "Alhamdulillah, sampai saat ini belum ada temuan antraks di Jabar," ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, Pemkab Bandung mengaku telah melakukan penelusuran terhadap keberadaan ternak sapi yang diduga terkena virus antrax mematikan seperti yang terjadi di Sleman, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Euis Rohayani mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum menemukan virus antrax ada di Kab Bandung. Pasalnya, Kabupaten Bandung memang bukan daerah endemik virus tersebut."Kamipun, terus sosialisasikan dan antisipasi penyakit yang ditularkan dari ternak sapi," katanya.
Menurutnya, selama ini, hewan ternak yang masuk ke Kab Bandung belum pernah ada riwayat berasal dari Kulonprogo. Apalagi, setelah ditemukannya kasus dugaan virus antrax, ternak dari daerah tersebut tidak diperbolehkan keluar daerah.
Perputaran sapi potong terhadap sapi ternak lokal di Kab Bandung mengalami penurunan. Hal ini karena mayoritas peternak lebih gemar pembesaran sapi potong impor. Sehingga, lalu lintas ternak sapi potong dari luar Kabupaten Bandung pun cenderung menurun. "Tapi, memang suka ada peningkatan pengiriman ternak sapi dan kambing atau domba pada momen khusus seperti Idull Adha," ujarnya.
Selain itu, di Kab Bandungpun belum ditemukan adanya daging impor asal India yang belum dinyatakan terbebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Meski begitu, untuk peredarannya, kata dia, tidak menutup kemungkinan terdapat juga di Kabupaten Bandung.
"Bisa juga pengusaha importirnya di Jakarta atau Kota Bandung, tapi barangnya masuk kesini juga. Tapi sampai saat ini, kami belum menemukannya di pasaran,"ujarnya.
Dokter spesialias penyakit dalam konsultan penyakit infeksi tropis RSUP dr Hasan Sadikin dr Primal Sudjana mengatakan penyakit hewan tersebut tidak menular antar manusia. Namun kewaspadaan tetap perlu dilakukan.
Masyarakat menurutnya jangan memakan daging tidak matang, jangan sembelih hewan sakit, dan Disnak harus awasi hewan yang sakit. "Kalau olah daging pake proteksi seperti sarung tangan. Pas nguburin juga. Jangan gali hewan ternak anthrax kan tadi ada kasus 70 tahun dikubur tapi sporanya ada," ujarnya.