Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERHOTELAN SURABAYA: Okupansi Diharapkan Lebih Tinggi 3%

Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Timur berharap kinerja perhotelan Surabaya pada 2017 ini menunjukkan peningkatan rerata okupansi hingga 3% dari saat ini sekitar 60%.
Resepsionis hotel sedang melayani calon konsumen./Ilustrasi-Bisnis-Amri Nur Rahmat
Resepsionis hotel sedang melayani calon konsumen./Ilustrasi-Bisnis-Amri Nur Rahmat

Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Timur berharap kinerja perhotelan Surabaya pada 2017  menunjukkan peningkatan rerata okupansi hingga 3% dari saat ini sekitar 60%.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jawa Timur M. Soleh mengatakan harapan kecil tersebut dinilai paling realistis mengingat kondisi perekonomian global dan Indonesia belum sepenuhnya baik.

Target tersebut juga sebagai antisipasi agar kinerja tahun ini paling tidak lebih baik dari 2016 lalu. Tak hanya itu, permintaan untuk moratorium pembangunan hotel sejak dua tahun lalu pun hingga kini masih efektif berjalan.

Moratorium tersebut hanya khusus untuk pembangunan hotel ekonomis karena melihat sisi keamanan. Sebab, selama ini dalam praktiknya banyak peruntukan bangunan seperti rumah toko atau ruko yang kosong diubah menjadi hotel ekonomis sehingga dikhawatirkn terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Walikota Surabaya masih mengakomodir permintaan kami untuk menghentikan sementara izin pendirian hotel ekonomis, sedangkan hotel bintang 3,4, dan 5 masih diperbolehkan," katanya kepada Bisnis, Minggu (8/1).

Soleh mengungkapkan, hal tersebut bukan semata upaya PHRI untuk menghambat jalannya industri perhotelan di Surabaya. Namun, mengingat dalam tiga tahun ini rerata okupansi hanya 60% dan di bawahnya pada musim sepi, serta persaingan harga yang tidak sehat atau turun hingga 5% sepanjang 2016 lalu.

Menurutnya, kondisi normal perhotelan dapat ditambah pasokan jika tingkat rerata okupansi sudah diangka 70%. Jika kondisi tersebut dapat terjadi dan permintaan sudah meningkat maka rekomendasi moratorium akan segera diminta untuk dihentikan.

Sejauh ini kondisi perhotelan di Surabaya masing disokong dari kegiatan korporasi dan pemerintah. Industri pariwisata masih menyumbang sedikit karena masyarakat umumnya hanya melakukan transit di Surabaya untuk mengunjungi wisata daerah lain di Jawa Timur.

Sejauh ini, PHRI Jawa Timur telah melakukan berbagai upaya mandiri dan kerjasama dengan sejumlah pihak terkait. Salah satunya dengan menggelar festival hotel pada akhir tahun lalu yang menjual kupon hingga memotong tarif normal hotel 70% untuk satu malamnya.

Soleh menuturkan tak hanya itu, pihaknya juga terus melakukan promosi boarding pass masakapai tertentu. Pengunjung akan mendapatkan potongan harga khusus hanya dengan menunjukkan lembaran tersebut.

"Ada lagi, 16 Januari nanti kami dengan asosiasi lain akan dilantik dalam Gabungan Industri Pariwisata Indonesia atau GIPI Jawa Timur oleh Gubernur," ujar Soleh.

Soleh mengatakan GIPI merupakan asosiasi yang diamanahkan Undang Undang Nomor 10/2009. Meski terlambat pebentukannya di Jawa Timur, dirinya tetap optimis GIPI akan mampu membuat sejumlah terobosan yang meningkatkan kunjungan ke Jawa Timur.

Hingga tahun lalu, lanjutnya, kunjunga wisatawan domestik di Jawa Timur hanya 50juta, sedangkan mancanegara hanya 1%nya atau 500.000 jiwa. Kenaikan umum setiap tahun hanya 10%.

Untuk itu, dengan GIPI, Soleh berharap akan terjadi peningkatan yang signifikan hingga 100% dari jumlah wisatawan saat ini. Sebab, Jawa Timur masih memiliki potensi tinggi dengan 38 kabupaten/kota di dalamnya, serta memiliki 770 daerah obyek wisata yang akan menarik sejumlah wisatawan.

Sementara itu, Colliers International Indonesia mencatat hingga kuartal VI/2016 ini hanya ada dua tambahan pasokan hotel di Surabaya yakni Fairfield by Marriott sekelas bintang 4 dan Vassa Luxury Hotel sekelas bintang 5. Keduanya menyumbang 654 kamar atau 42% dari total kamar baru sepanjang 2016 di Surabaya.

Secara total, sepanjang 2016 lalu Surabaya telah mendapatkan tambahan kamar 18% lebih besar dibanding periode 2015.

Colliers juga mencatat hingga 2018 mendatang, Surabaya akan mendapat 11 hotel bintang 3, sembilan hotel bintang empat, dan dua hotel bintang lima. Sedangkan untuk hotel ekonomis, hingga 2018 mendatang Surabaya akan menerima lima pendatang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper