Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakistan Sebut Delapan Diplomat India Spionase dan Teroris

Pemerintah Pakistan, Kamis (3/11/2016), menyebutkan delapan orang diplomat India dengan tuduhan melakukan tindakan spionase dan terorisme pada saat meningkatnya ketegangan di antara kedua negara bersenjata nuklir tersebut beberapa hari setelah terjadi duel artileri dan baku tembak di perbatasan yang memisahkan wilayah sengketa Kashmir.
PM India Narendra Modi (kanan) dan PM Pakistan Nawaz Sharif (kiri) berjabat tangan dalam penutupan KTT Saarc di Kathmandu/Reuters
PM India Narendra Modi (kanan) dan PM Pakistan Nawaz Sharif (kiri) berjabat tangan dalam penutupan KTT Saarc di Kathmandu/Reuters

Bisnis.com, ISLAMABAD -  Pemerintah Pakistan, Kamis, menyebutkan delapan orang diplomat India dengan tuduhan melakukan tindakan spionase dan terorisme pada saat meningkatnya ketegangan di antara kedua negara bersenjata nuklir tersebut beberapa hari setelah terjadi duel artileri dan baku tembak di perbatasan yang memisahkan wilayah sengketa Kashmir.

Kementerian Luar Negeri Pakistan menyatakan bahwa enam staf Kedutaan India bekerja untuk agen intelijen Sayap Analisis dan Riset New Delhi (RAW), sedangkan dua orang lainnya bekerja pada Biro Intelijen. Nama-nama mereka dibocorkan pada media Pakistan Rabu (2/11/2016) malam.

Menanggapi hal itu, India menyatakan bahwa pihaknya menolak secara keseluruhan sumber-sumber yang tidak beralasan dan tuduhan tidak berdasar yang dilontarkan oleh Pakistan terhadap para pejabat tingginya di Islamabad.

Seorang atase perdagangan, Rajesh Kumar Agnihotri, disebut-sebut oleh Kemenlu Pakistan sebagai Kepala Cabang RAW di Islamabad.

Pernyataan Kemenlu itu mencantumkan delapan daftar nama diplomat yang menjalankan aktivitas spionase.

Pihaknya menuduh mereka memicu ketidakstabilan di Sindh dan Provinsi Baluchistan, demikian pula sabotase sebagian besar proyek ekonomi vital, Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC) senilai 46 miliar dolar AS, termasuk proyek infrastruktur transportasi dan energi untuk menghubungkan China dengan pantai Pakistan di Laut Arab.

Mereka juga menuduh keterkaitannya dengan faksi Taliban, Pakistan dan tugasnya untuk menghancurkan hubungan Pakistan dengan Afghanistan, negara tetangganya di sebelah barat.

Hingga saat ini belum diperoleh penjelasan apakah para diplomat tersebut diusir oleh Pakistan atau ditarik oleh India yang mengecam publikasi nama dan foto mereka serta mendesak Pakistan menjamin keselamatan jiwa mereka.

Pekan lalu, India dan Pakistan sama-sama mengusir seorang diplomatnya atas tuduhan spionase.

Kemenlu juga menyatakan bahwa Pakistan telah menarik enam diplomatnya dari tugasnya di India setelah media India melaporkan bahwa mereka terlibat dalam spionase.

Juru bicara Kemenlu India, Vikas Swarup, kepada sejumlah wartawan menyatakan bahwa Islamabad menarik para diplomatnya, pekan lalu, namun dinyatakan oleh pegawai Kedutaan Pakistan akibat diusir.

"Tuduhan terhadap para diplomat India di Islamabad merupakan sebuah pemikiran dan upaya keras untuk menargetkan para pejabat tersebut bukan karena kesalahan mereka sendiri," kata Swarup sembari menambahkan bahwa tindakan Pakistan menambah risiko keamanan di kawasan tersebut.

India memerintahkan Deputi Komisi Tinggi Pakistan, Rabu (2/11), untuk menyampaikan keprihatinan dan protes keras terhadap penolakan diplomatnya di Islamabad.

Pada hari yang sama, pers sayap militer Pakistan menyatakan bahwa India melanggar gencatan senjata 2003 di Kashmir sebanyak 178 kali pada tahun ini dan menewaskan 19 penduduk sipil.

Perang artileri dan baku tembak beberapa hari terakhir makin intensif sepanjang perbatasan yang disengketakan di kawasan Himalaya Kashmir.

Pada Juli, Kashmir India melakukan unjuk rasa yang memicu penggerebekan oleh pasukan keamanan setelah mereka membunuh seorang pemuda pemimpin separatisme.

Pada bulan September, pria bersenjata membunuh 19 tentara India di kamp militer melalui serangan dan New Delhi menuduh kelompok militan yang berbasis di Pakistan.

Sebulan kemudian, India menyatakan bahwa pihaknya melancarkan serangan militer di wilayah perbatasan Pakistan, namun Islamabad menganggap hal itu sebagai rekayasa untuk mengalihkan perhatian dari tindakan keras di Kashmir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper