Kabar24,com, JAKARTA - Kalangan Nahdlatul Ulama ( NU) merindukan munculnya jiwa-jiwa patriot dalam diri para pemimpin bangsa yang menjalankan kebijakan pengelolaan negara.
Robikin Emhas, salah satu Ketua Pengurus Besar NU mengatakan yang membuat peringatan Hari Santri menjadi magnet utama warga NU dan masyarakat Indonesia adalah menggelorakan kembali Resolusi Jihad NU 1945.
Seperti dimaklumi, resolusi jihad tersebut mampu menjadi penabuh genderang perang yang dahsyat untuk mengusir penjajah yang kala berusaha merebut kedaulatan negara yang telah merdeka. Hal ini, katanya, mengindikasikan rakyat Indonesia saat ini, khususnya NU, merindukan patriotisme dalam pengelolaan negara.
“Dulu patriot mengusir penjajajh, sekarang patriot pengelolaan ekonomi berdaulat, antikorupsi, dan antiradikalimse,” ucapnya dalam keterangan yang diterima Sabtu (22/10/2016).
Saat ini, paparnya, masyarakat tengah dilanda kebosanan mendengar korupsi terjadi dimana-mana. Masyarakat juga lelah dengan ekonomi yang sulit dan tidak berdaulat di hadapan negara besar. Begitu juga di bidang lain, seperti bidang energi, keuangan, sampai politik.
“Rasio gini atau alat ukur seberapa jauh disparitas antara yang miskin dan yang kaya kini mengindikasikan angka pada tingkat yang mengkhawatirkan. Rakyat ingin keluar dari keadaan ini,” katanya.
Kondisi seperti ini yang ditangkap NU dengan menggelorakan semangat Resolusi Jihad NU. Sekarang harus diwujudkan dengan patriot penegakan keadilan dan pemerataan ekonomi dan pembangunan.
Daya tarik lain, lanjutnya, adalah pembacaan 1 miliar Shalawat Nariyah yang dibacakan serentak Jumat (21/10/2016) dari Aceh sampai Papua, dan di luar negeri yang dikoordinir Pengurus Cabang Istimewa Nahdalatul Ulama di masing-masing negara.