Bisnis.com, BANGKOK - Ribuan warga Thailand berduka, Jumat (14/10/2016), berbaris di Istana Agung untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Raja Bhumibol Adulyadej, yang mereka cintai, menjelang pemakaman dan upacara tradisional kerajaan, yang memakan persiapan berbulan-bulan.
Raja paling lama di dunia itu, yang dipuja sebagai sosok ayah sepanjang 70 tahun kekuasaannya, meninggal di rumah sakit di Bangkok pada Kamis (13/10/2016) dalam usia 88 tahun.
Bhumibol sering turun tangan menenangkan berbagai kemelut selama berkuasa dan banyak rakyat Thailand mengkhawatirkan masa depan negara itu tanpa raja mereka tersebut.
Militer, yang mengambil alih kekuasaan pada 2014 melalui kudeta, selalu menyatakan bahwa tugas mereka adalah melindungi raja sebagai pembenaran untuk ikut campur dalam politik.
Pemimpin militer yang juga Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengatakan bahwa keamanan menjadi prioritas utama dan telah memerintahkan tambahan pasukan di berbagai tempat di seluruh negeri.
Kesehatan Raja Bhumibol terus memburuk dalam beberapa tahun terakhir, tapi kematiannya tetap mengejutkan negara sekitar 67 juta warga Thailand yang kemudian larut dalam kesedihan.
Sebagian besar warga di Ibukota Bangkok atau pun kota-kota lainnya mengenakan pakaian hitam, tapi toko-toko tetap buka seperti biasa.
Kabinet pun kemudian menyatakan hari kematian tersebut sebagai hari libur untuk berkabung, tapi pasar bursa Thailand dan institusi keuangan lainnya tetap beraktivitas.
Indeks pasar saham sempat naik sampai empat persen pada sesi perdagangan pagi, sementara mata uang bath menguat sekitar satu persen terhadap dolar AS.
Suasana kondusit tersebut terjadi karena pasar tetap yakin bahwa suksesi di kerajaan akan berjalan dengan mulus. Bank Sentral mengatakan bahwa tidak terjadi spekulasi yang berlebihan.
Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn diperkirakan akan naik tahta sebagai raja yang baru, tapi ia tidak memiliki kharisma yang kuat seperti yang dimiliki ayahnya.
Di Istana Agung, tempat raja disemayamkan, ribuan pelayat yang berduka, tampak menangis, berbaris sambil berlutut di hadapan gambar raja dan melakukan ritual dengan menuangkan air sebagai bagian dari upacara pemakaman.
"Saya seperti masih bermimpi. Saya tidak percaya dengan apa yang telah terjadi," kata Supawan Wongsawas, 64, seorang pensiunan pegawai negeri.
Suthad Kongyeam, 53, mengatakan bahwa merasa seperti kehilangan seorang ayah.
"Ia adalah jantung dari seluruh negeri ini. Semua terguncang. Tidak ada lagi pegangan," katanya.
Thailand diguncang aksi bom dan krisis ekonomi dalam beberapa tahun terakhir, di tengah perseturuan antara tokoh militer dan tokoh politik.
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha yang juga pemimpin militer mengatakan bahwa seluruh negeri berada dalam kondisi berkabung dan kesedihan yang mendalam.
Menurut Prayuth, Pangeran Vajiralangkorn ingin menyampaikan duka bersama-sama rakyatnya dan meninggalkan upacara-upacara formal sebelum pemakaman.
Kedutaan besar negara asing di Thailand telah menginformasikan turis agar menghormati perasaan rakyat Thailand yang sedang berduka.
Thailand, yang terkenal dengan pariwisata pantai, kuil Budha dan kehidupan malam, diperkirakan dikunjungi sekitar 33 juta wisatawan pada tahun ini.
Kecintaan rakyat terhadap Raja Bhumibol terlihat dari foto-foto sang raja yang bisa ditemui di setiap rumah, sekolah dan kantor.
Foto raja yang sering ditemui di jalan adalah saat mengunjungi proyek pembangunan di pedesaaan dengan ciri-ciri khas selalu menggantungkan kamera di leher.
Kesehatan istri Bhumibol, Ratu Sirikit, 84, juga dilaporkan terus menurun dalam beberapa tahun belakangan.
Rakyat Thailand Khawatir Tanpa Raja Bhumibol Adulyadej
Ribuan warga Thailand berduka, Jumat (14/10/2016), berbaris di Istana Agung untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Raja Bhumibol Adulyadej, yang mereka cintai, menjelang pemakaman dan upacara tradisional kerajaan, yang memakan persiapan berbulan-bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium