Kabar24.com, ISTANBUL-- Sebagai sebuah negara yang baru saja mengalami kudeta, kehidupan di Turki tampak berjalan normal seperti tidak terjadi apa-apa. Tidak tampak tentara berjaga-jaga atau mobil lapis baja di seputaran daerah-daerah di Istanbul, kota terbesar dan tersibuk di Turki.
Bahkan tidak tampak polisi bertebaran di seantero wilayah. Kalaupun ada itu hanya satu dua orang saja untuk menjaga kawasan- kawasan wisata dan lalu lintas yang relatif tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Seolah-olah peristiwa kudeta yang terjadi pada 15 Juli silam telah menguap dalam denyut kesibukan kota.
Chairman Turkish Airlines Ilker Ayci menegaskan kondisi di Turki sudah berjalan normal. "Ekonomi dan pasar modal tetap berjalan normal," ujarnya dalam jumpa pers dengan seratusan wartawan dari berbagai negara, katanya pekan ini.
Dia menegaskan bahwa rakyat Turki menganggap kudeta sebagai tindakan yang tidak logis.
"Anda bisa buktikan sendiri bahwa Turki benar-benar aman." Presiden TURSAB (Turkiye Seyahat Acentalari Birligi/ Asosiasi Biro Perjalanan Turki) Basaran Ulusoy pun menegaskan teror bisa terjadi dimana saja. "Dan Pemerintah Turki menjamin keamanan wilayahnya. Teror adalah tindakan untuk menakut-nakuti.
Pemerintah sudah lakukan yang terbaik." Adapun Muhammad Jave Zulkarnaen, mahasiswa Fakultas Eropa dan Hubungan Internasional Turkey-German University mengungkapkan kondisi di Turki sudah berangsur normal karena pemerintahan Recep Tayyip Erdogan bergerak cepat dengan membersihkan orang-orang yang terkait dengan kudeta.
"Sehingga masyarakat sudah merasa aman. Justru masalah sebenarnya ada di perbatasan, seperti Suriah dan Iran." Sejak upaya kudeta yang gagal pada 15 Juli lalu, pemerintah Turki berupaya menahan semua pengikut Fethullah Gulen di semua lini, termasuk di antaranya LSM pendidikan PASIAD.
Dalam rilis pers tertanggal 28 Juli 2016, Kedutaan Besar Turki di Jakarta mengumumkan bahwa PASIAD terkait dengan Fethullah Gulen dan meminta sembilan sekolah yang tersebar di Indonesia ditutup karena bekerja sama dengan PASIAD.
Duta besar RI di Turki Wardhana mengakui bahwa situasi sudah berjalan normal. "Meski demikian kami minta semua warga tetap waspada karena selama deklarasi state of emergency yang berlaku selama 90 hari, pemerintahan masih melakukan pembersihan."