Kabar24.com, JAKARTA--Wakil Sekjen Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Jerry Sambuaga menilai, kasus bom di Gereja St Yosep di Medan, menunjukan bahwa bibit radikalisme dan bentuk sentimen terhadap agama atau tokoh agama tertentu masih ada di Indonesia.
Menurutnya, untuk membasmi bibit-bibit radikalisme tersebut diperlukan solusi yang komprehensif dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Ekspresi kebencian terhadap SARA yang marak di sosial media, ujarnya, juga harus ditertibkan.
“Tindakan hukum tegas saja saya kira tidak cukup, karena itu hanya solusi untuk menghukum, bukan pencegahan. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan terhadap kasus ini,” ujar Jerry dalam keterangannya kepada wartawan, Senin (29/8/2016).
Menurutnya, pemerintah harus mengutamakan dialog antar umat beragama untuk mengurangi dampak radikalisme. Hal itu juga sebagai bentuk pencegahan agar kasus serupa tidak terulang lagi dikemudian hari.
“Kalau hanya menghukum kan ada kemungkinan akan terulang lagi karena bibit radikalisme tidak dicegah. Selain itu meningkatkan kesejahteraan rakyat agar tidak termotivasi untuk melakukan tindakan kejahatan,” katanya.
Doktor ilmu politik itu menambahkan bahwa pemberantasan aksi radikal secara komprehensi akan bisa mengurangi tindakan provokatif sehingga bibit-bibit yang dapat menyebabkan radikalisme dan bahkan bisa berujung ke terorisme bisa dihindari.
Menurutnya, kejadian di Medan menunjukkan bahwa ada unsur kesengajaan yang didasari oleh kebencian terhadap agama tertentu. Hal itu, kata dia, berdasarkan hasil penyelidikan sementara oleh polisi, bahwa pelaku disuruh untuk membunuh pastor.
“Perlu adanya pendidikan dan pemahaman tentang toleransi dan juga keberagaman serta kemajemukan agama di masyarakat. Aparat juga perlu lebih waspada dan antisipatif terhadap bibit-bibit yang provokatif atau sentimen terhadap agama tertentu,” katanya menegaskan.