Kabar24.com,JAKARTA— China sepertinya akan menjadi surga bagi para pengemudi burung besi dalam 20 tahun ke depan seiring dengan tingginya permintaan perjalanan dan kurangnya tenaga pilot di negeri tersebut.
Seperti diberitakan Bloomberg, kurangnya pilot dan semakin tingginya permintaan perjalanan di negara tersebut membuat sejumlah maskapai perlu untuk merekrut sekitar 100 pilot perminggu dalam 20 tahun ke depan.
Untuk memenuhi permintaan ini, maskapai-maskapai tersebut pun memasang strategi dengan menawarkan gaji menggiurkan bagi para pilot berpengalaman.
Giacomo Palombo, seorang ,mantan pilot United Airlines mengatakan setiap minggu dia dibombardir sejumlah tawaran untuk menerbangkan Airbus A320 di China. Maskapai China Qingdao Airlines menawarkan bayaran senilai US$318.000 (Rp, 4,134 miliar) per tahun. Sementara itu, Sichuan Airlines yang terbang ke Kanada dan Australia menawarkan US$302.000 (Rp3,926 miliar). Kedua maskapai tersebut juga menawarkan menanggung pajak penghasilan di China.
“Ketika tiba waktunya untuk kembali terbang, Saya pasti akan mempertimbangkan maskapai-maskapai China. Tawaran finansialnya sangat menarik,” kata Palombo (32) seorang konsultan McKinsey&Co yang berbasisi di Atlanata. Dia menyuarakan pendapat pribadinya dan bukan perusahaannya.
Menurut Airbus SE, lalu lintas udara di China diprediksi akan meningkat hingga empat kali lipat dalam dua dekade ke depan, dan menjadikan negara tersebut sebagai pasar penerbangan tersibuk.
Sementara itu, maskapai start-up yang tidak terlalu terkenal di luar negeri membayar 50% lebih besar dari gaji yang diterima sejumlah pilot senior di Delta Air Lines, maskapai yang berpusat di Atlanta.
Dave Ross, Presiden Wasinc International, sebuah perusahaan perekrutan pilot yang berbasis di Las vegas, menyebutkan beberapa maskapai menawarkan bayaran hinga US$26.000 (RP338 juta) per bulan. Pilot dari negara berkembang termasuk Brazil dan Rusia bisa mendapat gaji empat kali lipat di China. Wasinc melakukan perekrutan bagi sejumlah maskapai China seperti Chengdu Airlines, Qingdao Airlines, dan Ruili Airlines.