Kabar24.com,JAKARTA— Jepang pada Senin (8/8/2016) mengatakan pihaknya akan merespons tegas tindakan pemerintah China yang memaksa masuk ke wilayah yang diklaim merupakan teritori Jepang dekat pulau sengketa di wilayah Laut China Timur pada akhir pekan.
Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan bahwa negaranya akan terus mendesak China untuk tidak meningkatkan ketegangan di wilayah sengketa di Laut China Timur.
Dalam konferensi pers, Suga menyebutkan bahwa sekitar 14 kapal negara China memasuki wilayah perairan yang berdekatan. Hal ini bisa dianggap sebagai pelanggaran aturan bea cukai dan imigrasi. Dalam beberapa hari terakhir, pihak China telah memasuk wilayah tersebut selama 14 kali.
Seorang pejabat pemerintahan Jepang yang meminta untuk tidak disebutkan identitasnya mengatakan Satuan Penjaga Pantai Jepang telah meningkatkan patrolinya di wilayah sengketa tersebut, tetapi menolak untuk memberi keterangan lebih jauh.
Aktivitas China di dekat pulau yang disebut Senkakau di Jepang dan Diayou di China tersebut meningkat sejak Februari dan memicu protes berulang dari Jepang, termasuk tiga protes pada Minggu (7/8/2016).
Kementerian Luar Negeri Jepang menyebutkan Sekitar 230 kapal penangkap ikan China juga terlihat di wilayah tersebut pada Minggu.
Insiden ini terjadi ditengah meruncingnya permasalahan setelah adanya putusan pengadialn Den Haag yang membatalkan klaim China atas wilayah sengketa di Laut China Selatan yang diajukan oleh Filipina.
China menolak mengakui putusan tersebut dan Jepang menyerukan agar China tunduk pada putusan yang disebut mengikat. Hal ini memicu peringatan dari China bagi Jepang agar negara tersebut tidak ikut campur.
Pada Sabtu, Juru Bicara kementerian luar negeri Jepang Hua Chunying mengatakan dalam sebuah pernyatan di situs kementerian tersebut bahwa kedaulatan China di pulau-pulau tersebut tidak tergoyahkan.
China menuduh Menteri Pertahanan Jepang yang baru, Tomomi Inada, telah keliru dalam menginterpretasikan sejarah setelah dia menolak untuk mengungkapkan apakah pasukan Jepang telah membantai warga sipil di China selama perang dunia kedua.