Kabar24.com, JAKARTA— Kanselir Jerman, Angela Merkel kembali ke Berlin lebih cepat dari rencananya pada Kamis (28/7/2016) untuk menghadapi tuduhan yang dilemparkan terkait kebijakannya membuka pintu lebar bagi para pengungsi dari negara korban serangan teroris.
Dia kembali ke Berlin dan mengadakan konferensi pers setelah serangkaian serangan sejak 18 Juli yang menewaskan 15 orang- termasuk empat orang pelaku penyerangan- dan melukai puluhan lainnya.
Serangan tersebut membuyarkan ilusi bahwa negara tersebut kebal terhadap serangan seperti kejadian lain yang diklaim oleh ISIS di Prancis.
Politikus dari sayap kiri dan kanan mengatakan kebijakan Merkel terkait pengungsi merupakan sebuah kesalahan, setelah lebih dari satu juta imigran memasuki Jerman tahun lalu, yang didominasi oleh warga Afganistan, Suriah, dan Irak.
“Semua prediksi kami akhirnya terbukti benar. Teroris Islamis telah tiba di Jerman” sebut Horst Seehofer, Perdana Menteri Bavaria.
Seehofer yang merupakan kritikus Merkel memintanya untuk memperkuat dan memperketat langkah keamanan serta kebijakan imigrasi.
Berbeda dengan Presiden Prancis Francois Hollande yang pada Selasa mengunjungi Normandy, tempat kejadian pembunuhan seorang pastor, Merkel belum mengunjungi satupun tempat kejadian penyerangan di Jerman. Sikapnya ini menimbulkan pertanyaan terkait kepemimpinannya.
“Seberapa besar tekanan yang akan dihadapi Merkel,” sebut sebuah harian lokal Bild.
Sementara itu, harian bisnis Handelsblatt menyatakan situasi ini membuat sang kanselir berada di posisi yang sulit.
Popularitas Merkel yang sudah menipis akibat krisis pengungsi sepertinya akan semakin terpuruk setelah menangnya opsi di Inggris untuk keluar darfi Uni Eropa.
Setelah seorang warga Suriah berusia 27 tahun melakukan bom bunuh diri di Ansbach pada Minggu (24/7/2016), Sahra Wagenknecht dari partai Linke mengkritik mantra merkel yang berbunyi Wir schaffen das [kita bisa] dan menyebut hal ini sembrono.
“Kejadian belakangan ini menunjukkan bahwa masuknya dan meningkatnya jumlah imigran berhubungan dengan banyak masalah,” kata Wagenknecht