Bisnis.com, DENPASAR-- Jumlah penduduk miskin di Pulau Dewata pada Maret 2016, mengalami penurunan sebanyak 40.600 orang dibandingkan September tahun lalu.
Badan Pusat Statistik Bali mencatat, penduduk kategori dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan pada Maret tahun ini mencapai 178.180 atau 4,25%, lebih rendah dibandingkan periode September tahun lalu 218.790 orang atau 5,25%.
Menurut Kepala BPS Bali Adi Nugroho, penurunan terjadi karena selama periode September 2015 - Maret 2016, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak 18.800, dan perdesaan menyusut 21.800 orang.
"Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan pedesaan mengalami penurunan. Di kota dari 4,52% menjadi 3,68% sedangkan di daerah perdesaan dari 6,42% menjadi 5,23%," jelasnya, Senin (18/7/2016).
Meski menurun, Bali wajib mewaspadai gejolak harga pangan karena komoditas makanan ternyata berperan jauh lebih besar terhadap pembentukan garis kemiskinan dibandingkan dengan komoditas bukan makanan.
Adapun jenis komoditas tersebut, untuk di perkotaan adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, kopi bubuk, kue basah, mie instan, pisang dan roti. Sementara itu, di perdesaan diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, bawang merah, pisang, kopi bubuk, kue basah, roti, dan cabe rawit.
Kabar baiknya, pada periode Septmber 2015-Maret 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Bali cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mewanti-wanti meskipun secara indikator makro menunjukkan perbaikan, tetapi di tingkatan mikro masih harus dipertanyakan. Karena itu, fakta bahwa indikator pertumbuhan ekonomi Bali lebih baik dibandingkan nasional bukan sebuah jaminan.
"Saya jalan-jalan di sejumlah desa di Buleleng, ternyata pertumbuhan ekonomi itu tidak sentuh masyarakat bawah. Bahkan tidak pantas kondisi mereka itu di Pulau Dewata yang dikatakan sejahtera," jelasnya.
Diakuinya bantuan instan tidak dapat menyelesaikan kemiskinan, tetapi itu cara untuk mendapatkan data di lapangan. Di menyatakan sisa waktu memimpin dua tahun akan digunakan mengurangi warga miskin, meskipun tidak mungkin semuanya.