Bisnis.com, BEIJING - Menteri Luar Negeri China pada Kamis, (23/6/2016) menyikat segala keraguan mengenai jumlah negara yang mendukungnya dalam kasus sengketa wilayah yang diajukan Fiipina ke pengadilan di Den Haag.
China meningkatkan bujuk rayunya jelang putusan Pengadilan Arbitrase di Den Haag terkait pengajuan gugatan oleh Filipina. China menolak untuk mengakui kasus tersebut dan mengatakan sengketa yang terjadi seharusnya diselesaikan melalui diskusi bilateral.
China mengklaim lebih dari 40 negara mendukung posisinya. Negara terakhir yang memberi dukunga adalah Zimbabwe dan Sri Lanka.
Namun, berdasarkan keterangan dari Washington’s Center for Strategic and International Studies, sejauh ini hanya delapan negara yang terang-terangan di hadapan umum mendukung China termasuk negara-negara yang tidak memiliki perbatasan laut seperti Nigeria dan Afganistan.
Pada Rabu, seorang pejabat senior Amerika menyuarakan skeptisme atas klaim China yang mengatakan bahwa puluhan negara telah mendukungnya. Bahkan, menurutnya tidak jelas sebenarnya apa yang disetujui oleh negara-negara tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan laporan publik menunjukkan setidaknya 47 negara menawarkan dukungan meskipun angka tersebut belum pasti karena sebagian negara belum menyatakan dukungan secara terbuka.
Dia mengatakan jumlah pendukung China meningkat hari demi hari. Jadi, dia tidak bisa memberikan angka pasti.
“Selama Anda berada di posisi yang objektif dan tidak memihak, selama Anda mengerti poin utama sejarah Laut China Selatan dan esensi kasus arbitrase, setiap negara atau organisasi atau orang yang tidak bias akan tanpa ragu mendukung China,” katanya.