Bisnis.com, PONTIANAK – Bank Indonesia memprediksi Kalimantan Barat kembali mengalami inflasi dan malah terjadi peningkatan pada Juni 2016. Hal itu, berdasarkan pemantauan pola historis dalam 4 tahun pada Ramadan 2012 hingga 2015.
Kepala BI Perwakilan Kalbar Dwi Suslamanto mengutarakan, berdasarkan pola historis itu diketahui tekanan inflasi mendatang terutama diprakirakan bersumber dari potensi risiko inflasi sejumlah kelompok komoditas.
“Komoditas tarif angkutan udara dan komoditas volatile food, di antaranya daging dan telur ayam ras. Pada Mei 2016, tercatat inflasi sebesar 1,45% (month to month), dan membuat peningkatan inflasi yang tajam setelah dalam 2 bulan terakhir mengalami deflasi,” kata Dwi kepada Bisnis, Minggu (12/6/2016).
Peningkatan tersebut, lanjutnya, terjadi pada sawi hijau, wortel, jeruk, udang basah dan telur ayam ras. Selain disebabkan permintaan menjelang Ramadan, gangguan pengiriman logistik via laut untuk beberapa komoditas pangan yang didatangkan dari luar Kalbar juga menyebabkan peningkatan harga.
Selain volatile food, kata dia, kelompok administered prices juga menyumbang inflasi yang tajam pada 2016. Pasalnya, fakta yang terjadi permintaan terhadap moda transportasi angkutan udara seiring dengan libur panjang yang berlangsung pada Mei 2016 telah menyebabkan tarif tiket angkutan udara mengalami peningkatan tajam.
Inflasi kelompok administered prices pada Mei 2016 tercatat sebesar 3,22% (m-t-m), relatif lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi rata-rata historis dalam 5 tahun terakhir yaitu sebesar 1,03% (m-t-m).