Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Ramadhan China Sebut Tidak Ada Diskriminasi Di Uighur

China pada Kamis (2/6/2016) mengatakan tidak ada diskriminasi agama di wilayah Xianjiang-China yang akan mengganggu kegiatan Ramadhan umat Muslim di sana.
Seorang lelaki tua dari etnis Uighur nampak duduk di pasar lokal di Kashgar, Xinjiang (2/8/2011)./Reuters-Carlos Barria
Seorang lelaki tua dari etnis Uighur nampak duduk di pasar lokal di Kashgar, Xinjiang (2/8/2011)./Reuters-Carlos Barria

Bisnis.com,JAKARTA— China pada Kamis (2/6/2016) mengatakan tidak ada diskriminasi agama di wilayah Xianjiang-China yang akan mengganggu kegiatan Ramadhan umat Muslim di sana.

Bulan Ramadhan, yang akan dimulai pekan depan, merupakan masa yang sensitif di Xianjiang di mana Beijing menuduh militan Islamis sebagai biang keladi penyerangan berdarah dalam beberapan tahun terkahir.

Otoritas Xinjiang sebelumnya memperketat kontrol atas praktik keagamaan Islam, yang menjadi agama dari etnis minoritas Uighur, selama bulan Ramadhan. Beberapa kritik sempat dilancarkan karena orang-orang dilarang untuk beribadah dan restoran dipaksa untuk tetap buka.

 “Selama bulan suci Ramadhan, keputusan untuk membuka atau menutup restoran halal tergantung pada pemilik usaha tanpa adanya intervensi,” ujar laporan pemerintah mengenai kebebasan beragama di Xianjiang seperti dikutip dari Reuters, Kamis (2/6/2016).

Laporan tersebut juga mengatakan tidak ada penduduk yang menderita akibat tindakan diskriminasi atau perlakuan tidak adil atas kepercayaan mereka.

Namun, janji tersebut tampaknya bertentangan dengan beberapa kebijakan lokal.

Menurut sebuah pernyataan di situs pemerintahan, pejabat legal dan keagamaan di Khorgos city – wilayah yang dekat dengan perbatasan dengan Kazakhstan- pada akhir Mei menginstruksikan inspeksi terhadap lebih dari 30 operator restoran etnis dan meminta mereka menjamin agar bisnis tetap berjalan secara normal selama Ramadhan.

Kelompok-kelompok HAM dan para orang usiran mengatakan salah satu isu terbesar di Xianjiang adalah kontrol pemerintah atas budaya Uighur dan Islam yang memicu ketegangan etnis seperti regulasi yang melarang tanda-tanda ketaatan agama seperti kerudung dan jenggot.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper