Bisnis.com, JAKARTA - Hari Buku Nasional sempat menjadi trending topik di twitter pada Selasa (17/5/2016). Namun, upaya meningkatkan minat baca tidak berhenti pada perayaan saja.
Sudah setahun 4 bulan, Ridwan Sururi (43) bersama Luna (6), kuda bonsai putih, berkeliling ke Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Lelaki tamatan SMP N Bobotsari Purbalingga ini, membawa sekitar 150 buku berbagai genre untuk dipinjamkan ke sejumlah warga tanpa dipungut biaya. Banyak orang mengenalnya dengan sebutan Kudapustaka Gunung Slamet. Kenapa dengan kuda?
"Agar anak-anak tertarik, mendekat, lalu berkeinginan untuk membaca," tutur lelaki yang berprofesi sebagai perawat kuda ini.
Cara ini dinilai ampuh untuk meningkatkan minat baca warga. Kuda juga dianggap sesuai untuk medan kaki Gunung Slamet. Selain Luna, Ridwan secara bergantian membawa Germanis (4), kuda donatur dari warga Jerman dan Liberty (3), kuda bonsai yang dirawatnya, untuk rutin berkeliling ke tiga sekolah dan kampung sekitar.
Setiap Selasa sekitar pukul 14.00-16.30, Ridwan beserta kudanya menuju ke TPQ Miftahul Huda. Pada hari berikutnya, Rabu pukul 10.00-17.00, giliran TPQ Miftahul Ulum. Selanjutnya, SD N 5 Serang mendapat giliran pada Kamis pukul 8.30-10.30. Jarak paling jauh yang harus ditempuh 2,5 km dari rumahnya. Adapun, Sabtu dan Minggu menjadi waktunya bekerja sebagai pemandu wisata di Lembah Asri Wisata Desa Serang.
Bukan saja anak-anak yang menjadi target Kudapustaka Gunung Slamet, tetapi juga ibu rumah tangga dan para petani. Jika anak-anak lebih memilih buku cerita bergambar dan komik, maka para ibu banyak meminjam buku masakan dan pengobatan herbal. Adapun, para bapak lebih suka meminjam buku pertanian dan peternakan.
Dalam sekali berkeliling, rata-rata 90 buku ludes tepinjam oleh orang tua dan anak-anak. Jumlah ini meningkat dari awal dia memulai Kudapustaka Gunung Slamet, hanya sekitar 30an buku yang dipinjam. Waktu peminjaman selama satu minggu dan diganti dengan buku baru. Saat ini, Ridwan memiliki koleksi 3.000 buku yang berasal dari donatur.
“Di tempat itu, masyarakatnya jauh dari perpustakaan. Semangat anak-anak untuk membaca juga besar. Ini terlihat dengan jumlah peminjaman yang meningkat,” imbuhnya.
Ridwan yang terbiasa dengan teknologi membuat Kudapustaka Gunung Slamet kian dikenal, termasuk media internasional. Tidak sedikit donatur datang dari berbagai kota karena mengetahui dari media dan menghubunginya melalui facebook. Sumbangan lebih banyak datang berupa buku dan rak buku.
Belakangan, ada donatur yang memberikan seperangkat komputer. Sejak sebulan lalu, Ayah empat anak ini memberikan pelatihan dasar komputer kepada warga sekitar. Ini dirasa penting agar mereka dapat beradaptasi dengan kemajuan teknologi.
“Ilmu dasar komputer diperoleh saat mengikuti pelatihan program PerpuSeru di KPAD,” katanya.
Data statistik UNESCO 2012 menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0.001. Artinya, dari 1.000 penduduk hanya satu warga yang tertarik untuk membaca. Ketua IKAPI Rosidayati Rozalina menuturkan banyak penggerak literasi datang dari daerah. Ini menjadi tren yang menarik.
Menurutnya, serapan buku di pedesaan seringkali hal ini terkendala akses dan distribusi buku di daerah yang lebih sulit. Berbeda, minat baca di perkotaan juga terhitung tinggi. Ini terbukti dengan suksesnya pameran buku impor Big Bad Wolf, pekan lalu.
“Di perkotaan masalahnya adalah ketersediaan buku yang sesuai dengan minat masyarakat. Diskon tetap merupakan magnet,” tuturnya.